Salah satu strategi yang sangat dikenal dalam investasi
saham yaitu strategi beli dan tahan (Strategi BHS = buy and hold strategy).
Strategi ini menyatakan bahwa investor dapat melakukan pembelian saham dan
menahannya sampai akhir periode yang ditentukan. Hal ini dilakukan karena saham
merupakan investasi jangka panjang dan umumnya mempunyai tingkat pengembalian
yang tinggi di antara instrumen keuangan lainnya. Strategi yang sangat berbeda
dengan strategi BHS disebut dengan strategi trading. Dalam strategi ini
investor melakukan trading, misalnya membeli saham pada saat rendah dan menjual
pada saat tinggi. Kejadian ini dapat dilakukan setiap hari yaitu membeli
sahamnya pada waktu pagi dimana saham rendah dan menjualnya pada sore hari
dengan asumsi hari itu saham akan naik.
Strategi ketiga yang memasukkan unsur matematika yaitu
strategi filter. Dalam strategi ini investor melakukan pembelian dan penjualan
berdasarkan filter yang diinginkan investor, biasanya besaran filter selalu
berdasarkan pengalaman dimana besarannya dapat 0,5 persen atau 1 persen.
Misalkan, filter 1 persen menyatakan investor membeli saham ketika harga saham
tersebut naik 1 persen dan menjualnya ketika harga saham itu turun 1 persen.
Hal ini menyatakan bahwa investor dapat langsung menjual bila penurunan harga 1
persen yang terjadi lebih dahulu yang dikenal dengan short selling. Tetapi
short selling tidak di ijinkan di Bursa Efek Jakarta.
Strategi trading memberikan tingkat pengembalian yang
tertinggi dari ketiga pendekatan investasi ang dilakukan. Filter strategi
memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan BHS. Tetapi, timbul pertanyaan
apakah trading strategi sangat tepat, karena data yang digunakan data masa lalu
sedangkan dalam bursa yang dibutuhkan data masa depan. Di samping itu, tidak
satu pun investor atau analis bahkan manajer investasi dapat meramalkan bahwa
harga sudah pada titik terendah untuk membeli dan pads harga tertinggi untuk
saat menjual. Strategi trading ini dapat dikatakan strategi mimpi. Oleh
karenanya, untuk mengatasi persoalan tersebut lebih baik membuat sebuah angka
filter bisa 0,5 persen atau 1 persen tergantung dari pengamatan dan penelitian
yang dilakukan. Bila filter yang digunakan kelihatannya merupakan strategi yang
optimal untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang cukup pantas diterima
dibandingkan dengan strategi lain.
Dalam kerangka strategi investasi ini, manajer investasi
dapat melakukan berbagai pendekatan ataupun yang dikenal dengan style. Saat ini
ada lebih dari 60 perusahaan yang mempunyai izin sebagai manajer investasi.
Tetapi tidak semua aktif dalam mengelola portofolio. Reksa Dana sebagai
portofolio telah ada izin sebanyak 67 reksa dana yang dikelola oleh 23
perusahaan manajer investasi. Adler Manurung telah melakukan penelitian
terhadap manajer investasi dan memberikan basil bahwa ada empat style dari
manajer investasi tersebut.
Style tersebut yaitu pertama, mengelola portofolio dengan
strategi long term strategy atau dapat clikatakan dengan buy and hold strategy.
Strategi ini biasanya dipergunakan oleh perusahaan patungan dengan asing.
Kedua, style semi long term strategy dimana manajer
investasi melakukan pergantian saham minimum enam bulan sekali dengan keinginan
untuk meningkatkan nilai
Ketiga, trading straregy yaitu strategi yang melakukan perdagangan
hampir setiap hari. Biasanya strategi ini digunakan oleh perusahaan lokal
karena perusahaan tidak mempunyai riset yang cukup andal.
Strategi keempat yaitu rebalancing strategy yaitu strategi
dimana manajer investasi melakukan penyesuaian terhadap aset alokasi yang
disetujui. Bila manajer investasi melakukan perjanjian terhadap aset alokasi
70: 30 maka manajer investasi harus konsisten untuk melakukan penyesuaian agar
rasio tersebut tetap seperti dalam perjanjian. Strategi ini diadopsi oleh sebuah
perusahaan yang mempunyai afiliasi perusahaan manajer investasi di Australia.
0 komentar:
Posting Komentar