Senin, 02 April 2012

Pengertian Tentang Tembaga asetat




Pengertian Tentang Tembaga asetat

Hidrat dari tembaga(II) asetat
Tembaga(II) asetat, atau kupri asetat adalah senyawa kimia dengan rumus Cu2(CH3COO)4, atau disingkat Cu2(OAc)4 dimana AcO- adalah ion asetat (CH3CO2-). Secara komersial
senyawa ini biasanya tersedia dalam bentuk hidratnya, yang mengandung dua molekul air. Cu2(OAc)4 berwujud padatan kristal berwarna hijau gelap, sedangkan hidratnya Cu2(OAc)4.2H2O berwarna hijau-kebiruan. Sejak dahulu kala, beberapa senyawa tembaga asetat digunakan sebagai fungisida dan zat warna hijau. Sekarang Cu2(OAc)4 digunakan dalam sintesis anorganik dan sebagai katalis maupun agen oksidator pada sintesis organik. Senyawa ini memiliki warna nyala biru-hijau.
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.Selain itu unsur ini memiliki korosi yang lambat sekali.
Sintesis
Dulunya senyawa ini disintesis di tempat pembuatan anggur, mengingat asam asetat merupakan salah satu produk samping fermentasi. Namun metode ini menghasilkan produk yang tidak begitu murni. Tembaga (II) asetat dengan kemurnian tinggi dapat disintesis di laboratorium melalui serangkaian reaksi (3 tahap). persamaan totalnya adalah sebagai berikut:
CuSO4 + 4 NH3 + 4 CH3COOH → Cu2(OAc)4(H2O)2 + (NH4)2SO4
(CuSO4 (tembaga sulfat) juga biasanya terdapat dalam bentuk hidrat)
Reaksi ini menghasilkan tembaga(II) asetat dalam bentuk hidrat. Untuk mendehidrasinya, hasil reaksi dipanaskan dalam suhu 100 °C di vakum. Cu2(OAc)4.2H2O → Cu2(OAc)4 + 2 H2O
Penggunaan dalam sintesis kimia
Tembaga(II) asetat lebih banyak digunakan sebagai katalis atau agen pengoksidasi dalam sintesis-sintesis organik. Contohnya Cu2(OAc)4 digunakan untuk memasangkan dua alkuna terminal (alkuna yang memiliki ikatan rangkap 3 pada atom C ujung) untuk membentuk 1,3-diuna
Cu2(OAc)4 + 2 RC≡CH → 2 CuOAc + RC≡C-C≡CR + 2 HOAc
Reaksi tersebut berjalan melalui zat antara tembaga(I) asetilida (Cu2C2), yang kemudian teroksidasi menjadi tembaga (II) asetat menghasilkan radikal asetilida.
Struktur

Struktur dwiinti (binuclear) dari tembaga(II) asetat
Molekul Cu2(OAc)4.2H2O memiliki struktur “lampion Tiongkok”, seperti halnya Rh(II) dan Cr(II) tetraasetat. Atom tembaga terikat pada satu atom oksigen dari tiap asetat dengan panjang 1.97 Å (angstrom). Bola koordinasi ini dilengkapi dengan dua ligan air, dengan jarak Cu-O 2.20 Å. Dua atom tembaga yang memiliki 5 koordinasi berjarak 2.65 Å, yang hampir sama dengan jarak Cu-Cu pada logam tembaga.
Catatan kaki

S. J. Kirchner, Q. Fernando “Copper(I) Acetate” Inorganic Syntheses, 1980, volume XX, hal. 53-55.
P. Vogel, J. Srogl “Copper(II) Acetate” in “EROS Encyclopedia of Reagents for Organic Synthesis” Copper(II) Acetate, 2005 John Wiley & Sons.
van Niekerk, J. N. Schoening, F. R. L. “X-Ray Evidence for Metal-to-Metal Bonds in Cupric and Chromous Acetate” Nature 1953, volume 171, pages 36-37. doi:10.1038/171036a0.
Wells, A.F. (1984). Structural Inorganic Chemistry, Oxford: Clarendon Press.

TEMBAGA
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.

Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2).

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.

Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang?bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung?tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non?elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin?mesin pertanian.

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Tembaga merupakan logam yang ditemukan dialam dalam bentuk senyawa
dengan sulfida (CuS). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang
memproduksi peralatan listrik, gelas , dan alloy

Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti dari
industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik.
Pada konsentrasi 2,3 – 2,5 mg/l dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan
efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir (Saeni, 1997). Tembaga dalam
tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine
karena sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam
usus dan dibuang kefeses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga
menyebabkan penyakit anemia dan tuberkulosis.
Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat racun
dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari proses korosi lead bearing alloys.
Kadang-kadang terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil
timbal, dan tetra alkil lead (TAL) (Iqbal dan Qadir, 1990)
Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan
dan minuman yang dikomsumsi serta melalui pernapasan dan penetrasi pada kulit. Di
dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam
9
pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit anemia. Gejala yang
diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang, kolik
khusus, muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga menyerang susunan saraf dan
mengganggu sistem reproduksi, kelainan ginjal, dan kelainan jiwa (Iqbal dkk 1990;
Pallar, 1994)


  • Ramalan Hari Ini
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More