Minggu, 25 Maret 2012

Tipe tipe Skizofrenia




Tipe-tipe Skizofrenia


Kelima tipe utama dan klasik dari gangguan skizofrenik adalah skizofrenia tidak teratur (hebefrenik), skizofrenia katatonik, skizofrenia paranoid, skizofrenia residual, dan skizofrenia yang tidak terperinci (Holmes, 1991; Kendall & Hainmen, 1998). Klasifikasi tersebut semata-mata berdasarkan gambaran simtom dan bukan berdasarkan penyebabnya, di mans perbedaan-perbedaan tidak ditetapkan dengan jelas. Diakui ada banyak tumpang tindih di antara kelima kelompok utama skizofrenia itu dan kadang simtom-simtom yang dominan berubah dengan jelas pada penderita yang sama selama berlangsungnya penyakit sehingga terjadi juga perubahan diagnosis.


Skizofrenia yang Tidak Teratur
Skizofrenia ini yang sebelumnya disebut skizofrenia hebefrenik lebih dekat dengan pandangan orang awam tentang sakit jiwa. Gangguan ini bercirikan tingkah laku bodoh, ketidakpaduan antara pikiran, bicara, dan tindakan, sifat kekanak-kanakan. Inilah tipe skizofrenia yang dinamakan oleh Kraepelin “dementia praecox” karena penderita dari tipe skizofrenia ini umumnya terdapat di kalangan remaja dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya, dan disintegrasi yang disebabkannya lebih parah atau berat dibandingkan dengan yang terdapat pada tipe katatonik, dan paranoid. Orang yang menderita gangguan ini akan menarik diri secara ekstrem. Penderita tidak lagi tertarik pada dunia di sekitarnya, dan ia hampir sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri. Ledakan-ledakan emosi, seperti menangis dan tertawa, yang menimpanya bukan akibat stimulus-stimulus dari luar, tetapi stimulus-stimulus yang berasal dari dunia khayalan tempat ia hidup. Penderita hebefrenik tertawa terkikih-kikih seperti anak kecil. Tertawanya tidak pada tempatnya dan dangkal; dan di samping itu, ia menyeringai. Ciri tingkah lakunya aneh, ia berbicara dan membuat gerak-gerik isyarat terhadap dirinya sendiri, berselang-seling antara menangis dan tertawa serta mengoceh. Banyak sekali halusinasi yang aneh-aneh terdapat pada penderita hebefrenik. Ia sering mendengar suara-suara, dan kadang suara-suara itu mengatakan kepadanya hal-hal yang menyenangkan, tetapi lebih sering mencaci makinya.

Penderita mungkin mendengar juga suara-suara yang menuduhnya melakukan perbuatan seksual. Halusinasi pendengaran ini pada penderita hebefrenik benar-benar suara batinnya. Selain ia mengalami halusinasi ia juga mengalami delusi, yakni delusi kemegahan (delusion of grandeur) dan delusi dikejar-kejar (delusion of persecution) meskipun tidak sekuat seperti yang terdapat pada skizofrenia paranoid.

Apabila penyakitnya berjalan tents, penderita mungkin melakukan perbuatan-perbuatan seksual yang terlihat mum dan sama sekali tidak terkendali. Ia juga bisa bermain dengan kotoran manusia dan mengolesnya pada dindingdind ing atau pada dirinya sendiri. Penderita yang mengalami gangguan ini dapat digambarkan sebagai orang yang dilanda stres kehidupan sehingga ia mundur ke tahap penyesuaian dirt kanak-kanak. Regresi ini mungkin begitu ekstrem sehingga penderita hebefrenik bertingkah laku seperti bayi. Setelah terjadi regresi yang demikian, orang tidak bisa berbuat apa-apa baginya. Ia terus hidup pada tingkat bayi, dalam dunia aneh yang telah diciptakannya sendiri.

Skizofrenia Katatonik
Kalau orang mengunjungi rumah sakit jiwa atau sakit mental biasanya sangat tertarik mengamati pasien-pasien yang duduk atau berbaring dengan tidak bergerak pada suatu posisi yang aneh, atau yang bertingkah laku tidak masuk akal dan selalu terjadi berulang-ulang, seperti misalnya, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan tidak henti-hentinya di dalam ruangan, sekian langkah ke suatu arah dan sekian langkah lagi ke arah yang lain, atau terus-menerus mengulangi kata-kata yang sama. Inilah yang disebut penderita skizofrenia katatonik.

Meskipun tingkah laku penderita katatonik menunjukkan pengunduran diri dari kenyataan, tetapi kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar dibandingkan dengan tipe-tipe skizofrenia yang lain. Ini benar-benar terjadi kalau timbulnya gangguan ini bersifat akut, sebagaimana biasanya sering terjadi. Tetapi, sejarah penderita biasanya menunjukkan suatu pola khas pengunduran dirt dan tingkat emosi apatis yang terjadi sedikit demi sedikit. Dalam reaksi katatonik, penderita berubah-ubah sikap antara keadaan stupor (seperti terbius) dan keadaan gempar serta meledak-ledak.

Dalam keadaan stupor, penderita kehilangan segala semangat, tetap tidak bergerak selama berjam-jam, berhari-hari, bermingguminggu, atau bahkan pada kejadian-kejadian tertentu bisa lebih lama lagi. la tidak makan dan tidak menunjukkan usaha untuk mengendalikan buang air besar atau buang air kecil. Negativisme yang ekstrem ini merupakan reaksi yang khan. Suatu hal yang mengherankan bahwa meskipun ia tampaknya stupor, tetapi is bisa mengetahui semua yang terjadi di sekitamya dan kadang-kadang dapat memberikan bukti yang jeDs alas apa yang diketahuinya. Kadang-kadang negativisme dapat berubah menjadi sikap mudah dipengaruhi dan penderita akan menirukan tingkah laku (apa yang dibuat) orang lain (ekopraksia) atau mengulangi secara mekanik kata-kata orang lain atau menjalankan perintah orang lain secara otomatis (ekolalia). Pada tahap ini, penderita berada dalam keadaan cerea Jlexibiliras, yakni badan menjadi balm seperti lilies la menderita katalepsi, seperti berada dalam keadaan trance; selumh badannya menjadi kaku, tidak pejal, atau bahkan tidak bisa dibengkokkan. Jika ia mengambil suatu posisi tertentu, misalnya berdiri, jongkok, kepala berada di bawah, miring, dan sebagainya, make ia bertingkah laku demikian bisa sampai berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Meskipun ia sadar, tetapi ia tidak tuna seats dalam kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sekitamya, dan meskipun ada gangguan, tetapi ia tetap mengadakan respons negativistik. Halusinasi dan delusi terjadi dalam keadaan stupor. Halusinasi dan delusi ini mungkin melibatkan penderita dalam suatu kontlik yang bersifat kosmis (misalnya kekuatan “baik” dan “buruk” mungkin dialami sedang bertempur mati-matian di dalam dirinya). Selain itu, penderita juga mengalami delusi kemegahan dan merasa dikejar-kejar. Sikap dan gerak-gerik tubuh yang stereotipis ini sering kali secara simbolis berhubungan dengan pengalamanYpengalaman fantasi penderita.Dari keadaan stupor, penderita beralih kepac keadaan gempar dan meledak-ledak, dan munculnya secara tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda peringatan. la seperti berada di bawah beban kegiatan yang berat. la berbicara gempar dan meledak-ledak tanpa sebab dan tanpa tujuan. la bisa melakukan tingkah laku seksual yang tidak terkendali, atau perbuatan agresif yang ditujukan kepada dirinya sendiri (melukai dirinya atau berusaha bunuh diri) atau terhadap orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Kekerasan penderita katatonik ini tidak bisa dikendalikan. Situasi gempar dan meledak-ledak yang melanda penderita katatonik hampir selalu merupakan akibat dari pergolakan-pergolakan batinnya dan bukan akibat dari stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Keadaan ini mungkin berlangsung selama berjamjam, berhari-hari, atau kadang-kadang berminggu-minggu.

Katatonia berkembang dari konflik dan represi yang berat. Kata-kata yang sering diulang-ulang oleh penderita dan kelihatannya sama sekali tidak masuk akal bagi pendengar sebenarnya masuk akal dipandang dari segi konflik dan represi penderita. Kegiatan fisik yang itu-itu juga (stereotipis) pasti juga menandakan konflik-konflik yang sudah atau sedang dialami penderita.
Petunjuk-petunjuk berkembangnya katatonia terlihat pada individu yang mengalami represi berat dan introvert yang kadang-kadang kelihatan sangat cemberut atau duduk tidak bergerak di dalam kamarnya dalam jangka waktu yang sangat lama. Temperamennya tidak stabil dan dengan tiba-tiba menjadi marah serta tidak terkendali. Setiap macam konflik mungkin merupakan sumber dari psikosis fungsional ini. Sering kali timbul juga frustrasi seks, dan perasaan bersalah mengenai keinginan-keinginan seks atau tingkah laku seks.

Skizofrenia Paranoid
Di samping ciri-ciri khas reaksi-reaksi skizofrenik yang lain, penderita skizofrenia paranoid memperlihatkan ide-ide referensi dan pengaruh, serta delusi dikejar-kejar (delusion of persecution) dan kadang-kadang delusi kemegahan (delusion of grandeur). Gangguan ini berkembang agak lambat dan mungkin muncul sedikit kemudian daripada reaksi-reaksi skizofrenik lainnya. Skizofrenia tipe paranoid harus dibedakan dari paranoia yang sebenarnya. Dalam paranoia, delusi ada tetapi ciri skizofrenik yang lainnya tidak ada. Ciri khas penderita paranoid adalah murung, mudah tersinggung, dan curiga.

Individu yang mengembangkan skizofrenia biasanya adalah orang yang sangat ambisius yang menetapkan cita-cita yang tidak mungkin dapat diraih dan kemudian menyalahkan orang lain atas kegagalannya dalam mencapai citacita itu. Karena mengalami frustrasi terhadap cita-cita yang abnormal itu (kebutuhan akan prestasi dan status), maka ia menyesuaikan diri dengan meyakinkan dirinya sendiri bahwa orang lainlah yang berusaha mencegahnya meraih sukses. Apabila penyakitnya berjalan terns, ia tidak dapat meneruskan pekerjaannya dan hidupnya menjadi tidak teratur.

Kecurigaan terhadap orang lain lambat laun berkembang menjadi ide-ide referensi dan ide-ide referensi itu kemudian menjadi delusi dikejar-kejar. la menyimpan sedikit demi sedikit ketidakpercayaannya terhadap oranglain. Kepribadian paranoid meneruskan pertahanan ini sampai berlebih-lebihan. la tidak percaya kepada setiap orang, lebih-lebih kepada orang yang sangat dekat dengannya, seperti anggota keluarganya. Kadang-kadang ia mengira bahwa mereka ingin membinasakannya, maka ia berusaha membinasakan mereka lebih dulu untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Delusi itu mungkin mendorongnya untuk melakukan tindakan kekerasan dan bicaranya meluap-luap dan gempar, serta tidak karuan. Kecurigaan terhadap orang lain begitu kuat sehingga ia mungkin tidak mcninggalkan rumah karena merasa takut akan tertimpa bahaya atau ia tidak mau makan karena takut diracuni. Atau juga ia menghindari berada bersama orang lain sebab ia yakin bahwa ia akan diserang. Biasanya ia mengalami halusinasi-halusinasi pendengaran dan sering halusinasi-halusinasi yang lain juga. Mungkin terjadi deteriorasi kepribadian, termasuk regresi, walaupun tidak begitu besar kemungkinannya terjadi pada skizofrenia paranoid dibandingkan dengan gangguan-gangguan skizofrenia yang lain. Pada awal perkembangan gangguan ini, individu paranoid biasanya merasa diri tidak berharga. Ini mungkin disebabkan oleh kegagalannya untuk mencapai prestasi pada tingkat yang tinggi, atau mungkin tumbuh dari perasaan-perasaan bersalah terhadap keinginan-keinginan seks atau tingkah laku seks. Homoseksualitas biasanya muncul dalam sejarah penderita paranoid. Perasaan rendah diri tidak mengenakkan bagi individu, dan lama-kelamaan ia melarikan diri daripadanya serta meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya sangat penting.

Penderita paranoid sebaiknya dirawat di rumah sakit, tetapi ini sering kali sulit untuk dilaksanakan karena penyakitnya berubah-ubah dan penderita sendiri tidak mau dirawat. Gangguan psikotik yang parah mungkin suatu saat kelihatannya sembuh dan ia bisa bergaul dengan orang lain sehingga orang tidak bisa sungguh-sungguh menyelami penyakitnya. Penderita mungkin akan menggunakan keadaan yang kelihatan pulih itu untuk menghindari perawatan di rumah sakit. Karena memiliki sikap curiga dan menghindar, maka penderita paranoid sering kali berusaha tampil sebaik mungkin untuk menyembunyikan penyakitnya yang parah itu. Sering kali terjadi bahwa penyakitnya bertambah parah dan bahkan mungkin mengakibatkan disorganisasi yang lengkap dari kapasitas intelektual dan emosionalnya.

Skizofrenia Residual
Orang-orang yang mengalami gangguan skizofrenia residual adalah orang-orang yang sekurang-kurangnya memiliki riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau dan sekarang memperlihatkan beberapa tanda skizofrenia, seperti emosi yang tumpul, menarik diri dari orang-orang lain (masyarakat), bertingkah laku eksentrik, atau mengalami gangguan pikiran, tetapi simtom-simtom ini pada umumnya tidak begitu kuat. Selanjutnya, simtom-simtom seperti halusinasi dan delusi tidak sering terjadi atau hanya samar-samar (Holmes, 1991).

Untuk didiagnosis sebagai skizofrenia resdidual harus memenuhi semua persyaratan sebagai berikut: (1) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya psikomotor lambat, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif, kuantitas atau isi pembicaraan miskin, komunikasi nonverbal yang buruk, seperti dalam ekspresi muka, modulasi suara, dan posisi tubuh, serta perawatan diri dan kinerja social yang buruk; (2) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia; (3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham (keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata, serta dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, curiga) dan halusinasi sangat berkurang (minimal) dan timbul sindrom “negate dari skizofrenia; serta (4) Tidak terdapat dementia atau penyakit atau gangguan otak organik yang lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut (Maslim, 1998).

Skizofrenia yang Tidak Terperinci
Skizofrenia yang tidak terperinci merupakan kategori keranjang sampah di mana individu yang mengalami skizofrenia tipe ini tidak memiliki salah satu atau lebih dari satu kriteria dari semua tipe skizofrenia yang dikemukakan. Menurut Maslim, skizofrenia yang tidak terperinci tidak memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, atau tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia (Maslim, 1998).

Pustaka
Kesehatan Mental 1 Oleh Drs.Yustinus Semiun, OFM


  • Ramalan Hari Ini
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More