Tipe-tipe Skizofrenia
Kelima tipe utama dan klasik dari gangguan skizofrenik
adalah skizofrenia tidak teratur (hebefrenik), skizofrenia katatonik,
skizofrenia paranoid, skizofrenia residual, dan skizofrenia yang tidak
terperinci (Holmes, 1991; Kendall & Hainmen, 1998). Klasifikasi tersebut
semata-mata berdasarkan gambaran simtom dan bukan berdasarkan penyebabnya, di
mans perbedaan-perbedaan tidak ditetapkan dengan jelas. Diakui ada banyak
tumpang tindih di antara kelima kelompok utama skizofrenia itu dan kadang
simtom-simtom yang dominan berubah dengan jelas pada penderita yang sama selama
berlangsungnya penyakit sehingga terjadi juga perubahan diagnosis.
Skizofrenia yang Tidak Teratur
Skizofrenia ini yang sebelumnya disebut skizofrenia
hebefrenik lebih dekat dengan pandangan orang awam tentang sakit jiwa. Gangguan
ini bercirikan tingkah laku bodoh, ketidakpaduan antara pikiran, bicara, dan
tindakan, sifat kekanak-kanakan. Inilah tipe skizofrenia yang dinamakan oleh
Kraepelin “dementia praecox” karena penderita dari tipe skizofrenia ini umumnya
terdapat di kalangan remaja dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya, dan
disintegrasi yang disebabkannya lebih parah atau berat dibandingkan dengan yang
terdapat pada tipe katatonik, dan paranoid. Orang yang menderita gangguan ini
akan menarik diri secara ekstrem. Penderita tidak lagi tertarik pada dunia di
sekitarnya, dan ia hampir sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri.
Ledakan-ledakan emosi, seperti menangis dan tertawa, yang menimpanya bukan
akibat stimulus-stimulus dari luar, tetapi stimulus-stimulus yang berasal dari
dunia khayalan tempat ia hidup. Penderita hebefrenik tertawa terkikih-kikih
seperti anak kecil. Tertawanya tidak pada tempatnya dan dangkal; dan di samping
itu, ia menyeringai. Ciri tingkah lakunya aneh, ia berbicara dan membuat
gerak-gerik isyarat terhadap dirinya sendiri, berselang-seling antara menangis
dan tertawa serta mengoceh. Banyak sekali halusinasi yang aneh-aneh terdapat
pada penderita hebefrenik. Ia sering mendengar suara-suara, dan kadang suara-suara
itu mengatakan kepadanya hal-hal yang menyenangkan, tetapi lebih sering mencaci
makinya.
Penderita mungkin mendengar juga suara-suara yang
menuduhnya melakukan perbuatan seksual. Halusinasi pendengaran ini pada
penderita hebefrenik benar-benar suara batinnya. Selain ia mengalami halusinasi
ia juga mengalami delusi, yakni delusi kemegahan (delusion of grandeur) dan
delusi dikejar-kejar (delusion of persecution) meskipun tidak sekuat seperti
yang terdapat pada skizofrenia paranoid.
Apabila penyakitnya berjalan tents, penderita mungkin
melakukan perbuatan-perbuatan seksual yang terlihat mum dan sama sekali tidak
terkendali. Ia juga bisa bermain dengan kotoran manusia dan mengolesnya pada
dindingdind ing atau pada dirinya sendiri. Penderita yang mengalami gangguan
ini dapat digambarkan sebagai orang yang dilanda stres kehidupan sehingga ia
mundur ke tahap penyesuaian dirt kanak-kanak. Regresi ini mungkin begitu
ekstrem sehingga penderita hebefrenik bertingkah laku seperti bayi. Setelah
terjadi regresi yang demikian, orang tidak bisa berbuat apa-apa baginya. Ia
terus hidup pada tingkat bayi, dalam dunia aneh yang telah diciptakannya
sendiri.
Skizofrenia Katatonik
Kalau orang mengunjungi rumah sakit jiwa atau sakit
mental biasanya sangat tertarik mengamati pasien-pasien yang duduk atau
berbaring dengan tidak bergerak pada suatu posisi yang aneh, atau yang
bertingkah laku tidak masuk akal dan selalu terjadi berulang-ulang, seperti
misalnya, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan tidak henti-hentinya di
dalam ruangan, sekian langkah ke suatu arah dan sekian langkah lagi ke arah
yang lain, atau terus-menerus mengulangi kata-kata yang sama. Inilah yang
disebut penderita skizofrenia katatonik.
Meskipun tingkah laku penderita katatonik menunjukkan
pengunduran diri dari kenyataan, tetapi kemungkinan untuk sembuh jauh lebih
besar dibandingkan dengan tipe-tipe skizofrenia yang lain. Ini benar-benar
terjadi kalau timbulnya gangguan ini bersifat akut, sebagaimana biasanya sering
terjadi. Tetapi, sejarah penderita biasanya menunjukkan suatu pola khas
pengunduran dirt dan tingkat emosi apatis yang terjadi sedikit demi sedikit.
Dalam reaksi katatonik, penderita berubah-ubah sikap antara keadaan stupor
(seperti terbius) dan keadaan gempar serta meledak-ledak.
Dalam keadaan stupor, penderita kehilangan segala
semangat, tetap tidak bergerak selama berjam-jam, berhari-hari,
bermingguminggu, atau bahkan pada kejadian-kejadian tertentu bisa lebih lama
lagi. la tidak makan dan tidak menunjukkan usaha untuk mengendalikan buang air
besar atau buang air kecil. Negativisme yang ekstrem ini merupakan reaksi yang
khan. Suatu hal yang mengherankan bahwa meskipun ia tampaknya stupor, tetapi is
bisa mengetahui semua yang terjadi di sekitamya dan kadang-kadang dapat
memberikan bukti yang jeDs alas apa yang diketahuinya. Kadang-kadang
negativisme dapat berubah menjadi sikap mudah dipengaruhi dan penderita akan
menirukan tingkah laku (apa yang dibuat) orang lain (ekopraksia) atau
mengulangi secara mekanik kata-kata orang lain atau menjalankan perintah orang
lain secara otomatis (ekolalia). Pada tahap ini, penderita berada dalam keadaan
cerea Jlexibiliras, yakni badan menjadi balm seperti lilies la menderita
katalepsi, seperti berada dalam keadaan trance; selumh badannya menjadi kaku,
tidak pejal, atau bahkan tidak bisa dibengkokkan. Jika ia mengambil suatu
posisi tertentu, misalnya berdiri, jongkok, kepala berada di bawah, miring, dan
sebagainya, make ia bertingkah laku demikian bisa sampai berjam-jam atau
berhari-hari lamanya. Meskipun ia sadar, tetapi ia tidak tuna seats dalam
kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sekitamya, dan meskipun ada gangguan,
tetapi ia tetap mengadakan respons negativistik. Halusinasi dan delusi terjadi
dalam keadaan stupor. Halusinasi dan delusi ini mungkin melibatkan penderita
dalam suatu kontlik yang bersifat kosmis (misalnya kekuatan “baik” dan “buruk”
mungkin dialami sedang bertempur mati-matian di dalam dirinya). Selain itu,
penderita juga mengalami delusi kemegahan dan merasa dikejar-kejar. Sikap dan gerak-gerik
tubuh yang stereotipis ini sering kali secara simbolis berhubungan dengan
pengalamanYpengalaman fantasi penderita.Dari keadaan stupor, penderita beralih
kepac keadaan gempar dan meledak-ledak, dan munculnya secara tiba-tiba tanpa
adanya tanda-tanda peringatan. la seperti berada di bawah beban kegiatan yang
berat. la berbicara gempar dan meledak-ledak tanpa sebab dan tanpa tujuan. la
bisa melakukan tingkah laku seksual yang tidak terkendali, atau perbuatan
agresif yang ditujukan kepada dirinya sendiri (melukai dirinya atau berusaha
bunuh diri) atau terhadap orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Kekerasan
penderita katatonik ini tidak bisa dikendalikan. Situasi gempar dan
meledak-ledak yang melanda penderita katatonik hampir selalu merupakan akibat
dari pergolakan-pergolakan batinnya dan bukan akibat dari stimulus-stimulus
yang berasal dari lingkungan. Keadaan ini mungkin berlangsung selama berjamjam,
berhari-hari, atau kadang-kadang berminggu-minggu.
Katatonia berkembang dari konflik dan represi yang berat.
Kata-kata yang sering diulang-ulang oleh penderita dan kelihatannya sama sekali
tidak masuk akal bagi pendengar sebenarnya masuk akal dipandang dari segi
konflik dan represi penderita. Kegiatan fisik yang itu-itu juga (stereotipis)
pasti juga menandakan konflik-konflik yang sudah atau sedang dialami penderita.
Petunjuk-petunjuk berkembangnya katatonia terlihat pada
individu yang mengalami represi berat dan introvert yang kadang-kadang
kelihatan sangat cemberut atau duduk tidak bergerak di dalam kamarnya dalam
jangka waktu yang sangat lama. Temperamennya tidak stabil dan dengan tiba-tiba
menjadi marah serta tidak terkendali. Setiap macam konflik mungkin merupakan
sumber dari psikosis fungsional ini. Sering kali timbul juga frustrasi seks,
dan perasaan bersalah mengenai keinginan-keinginan seks atau tingkah laku seks.
Skizofrenia Paranoid
Di samping ciri-ciri khas reaksi-reaksi skizofrenik yang
lain, penderita skizofrenia paranoid memperlihatkan ide-ide referensi dan
pengaruh, serta delusi dikejar-kejar (delusion of persecution) dan
kadang-kadang delusi kemegahan (delusion of grandeur). Gangguan ini berkembang
agak lambat dan mungkin muncul sedikit kemudian daripada reaksi-reaksi
skizofrenik lainnya. Skizofrenia tipe paranoid harus dibedakan dari paranoia
yang sebenarnya. Dalam paranoia, delusi ada tetapi ciri skizofrenik yang
lainnya tidak ada. Ciri khas penderita paranoid adalah murung, mudah
tersinggung, dan curiga.
Individu yang mengembangkan skizofrenia biasanya adalah
orang yang sangat ambisius yang menetapkan cita-cita yang tidak mungkin dapat
diraih dan kemudian menyalahkan orang lain atas kegagalannya dalam mencapai
citacita itu. Karena mengalami frustrasi terhadap cita-cita yang abnormal itu
(kebutuhan akan prestasi dan status), maka ia menyesuaikan diri dengan
meyakinkan dirinya sendiri bahwa orang lainlah yang berusaha mencegahnya meraih
sukses. Apabila penyakitnya berjalan terns, ia tidak dapat meneruskan
pekerjaannya dan hidupnya menjadi tidak teratur.
Kecurigaan terhadap orang lain lambat laun berkembang
menjadi ide-ide referensi dan ide-ide referensi itu kemudian menjadi delusi
dikejar-kejar. la menyimpan sedikit demi sedikit ketidakpercayaannya terhadap
oranglain. Kepribadian paranoid meneruskan pertahanan ini sampai berlebih-lebihan.
la tidak percaya kepada setiap orang, lebih-lebih kepada orang yang sangat
dekat dengannya, seperti anggota keluarganya. Kadang-kadang ia mengira bahwa
mereka ingin membinasakannya, maka ia berusaha membinasakan mereka lebih dulu
untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Delusi itu mungkin mendorongnya untuk
melakukan tindakan kekerasan dan bicaranya meluap-luap dan gempar, serta tidak
karuan. Kecurigaan terhadap orang lain begitu kuat sehingga ia mungkin tidak
mcninggalkan rumah karena merasa takut akan tertimpa bahaya atau ia tidak mau
makan karena takut diracuni. Atau juga ia menghindari berada bersama orang lain
sebab ia yakin bahwa ia akan diserang. Biasanya ia mengalami
halusinasi-halusinasi pendengaran dan sering halusinasi-halusinasi yang lain
juga. Mungkin terjadi deteriorasi kepribadian, termasuk regresi, walaupun tidak
begitu besar kemungkinannya terjadi pada skizofrenia paranoid dibandingkan
dengan gangguan-gangguan skizofrenia yang lain. Pada awal perkembangan gangguan
ini, individu paranoid biasanya merasa diri tidak berharga. Ini mungkin
disebabkan oleh kegagalannya untuk mencapai prestasi pada tingkat yang tinggi,
atau mungkin tumbuh dari perasaan-perasaan bersalah terhadap
keinginan-keinginan seks atau tingkah laku seks. Homoseksualitas biasanya muncul
dalam sejarah penderita paranoid. Perasaan rendah diri tidak mengenakkan bagi
individu, dan lama-kelamaan ia melarikan diri daripadanya serta meyakinkan
dirinya sendiri bahwa dirinya sangat penting.
Penderita paranoid sebaiknya dirawat di rumah sakit,
tetapi ini sering kali sulit untuk dilaksanakan karena penyakitnya berubah-ubah
dan penderita sendiri tidak mau dirawat. Gangguan psikotik yang parah mungkin
suatu saat kelihatannya sembuh dan ia bisa bergaul dengan orang lain sehingga
orang tidak bisa sungguh-sungguh menyelami penyakitnya. Penderita mungkin akan
menggunakan keadaan yang kelihatan pulih itu untuk menghindari perawatan di
rumah sakit. Karena memiliki sikap curiga dan menghindar, maka penderita
paranoid sering kali berusaha tampil sebaik mungkin untuk menyembunyikan
penyakitnya yang parah itu. Sering kali terjadi bahwa penyakitnya bertambah
parah dan bahkan mungkin mengakibatkan disorganisasi yang lengkap dari
kapasitas intelektual dan emosionalnya.
Skizofrenia Residual
Orang-orang yang mengalami gangguan skizofrenia residual
adalah orang-orang yang sekurang-kurangnya memiliki riwayat satu episode
psikotik yang jelas pada masa lampau dan sekarang memperlihatkan beberapa tanda
skizofrenia, seperti emosi yang tumpul, menarik diri dari orang-orang lain
(masyarakat), bertingkah laku eksentrik, atau mengalami gangguan pikiran,
tetapi simtom-simtom ini pada umumnya tidak begitu kuat. Selanjutnya,
simtom-simtom seperti halusinasi dan delusi tidak sering terjadi atau hanya
samar-samar (Holmes, 1991).
Untuk didiagnosis sebagai skizofrenia resdidual harus
memenuhi semua persyaratan sebagai berikut: (1) Gejala negatif dari skizofrenia
yang menonjol, misalnya psikomotor lambat, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif, kuantitas atau isi pembicaraan
miskin, komunikasi nonverbal yang buruk, seperti dalam ekspresi muka, modulasi
suara, dan posisi tubuh, serta perawatan diri dan kinerja social yang buruk;
(2) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia; (3) Sedikitnya sudah
melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang
nyata seperti waham (keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan
dengan dunia nyata, serta dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan
logika, curiga) dan halusinasi sangat berkurang (minimal) dan timbul sindrom
“negate dari skizofrenia; serta (4) Tidak terdapat dementia atau penyakit atau
gangguan otak organik yang lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang
dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut (Maslim, 1998).
Skizofrenia yang Tidak Terperinci
Skizofrenia yang tidak terperinci merupakan kategori
keranjang sampah di mana individu yang mengalami skizofrenia tipe ini tidak
memiliki salah satu atau lebih dari satu kriteria dari semua tipe skizofrenia
yang dikemukakan. Menurut Maslim, skizofrenia yang tidak terperinci tidak
memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi kriteria
untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, atau tidak
memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia
(Maslim, 1998).
Pustaka
Kesehatan Mental 1 Oleh Drs.Yustinus Semiun, OFM
0 komentar:
Posting Komentar