Tipe Kepribadian dan Depresi
Semenjak zaman Hippokrates telah diasumsikan bahwa
penyakit merupakan perkembangan dari karakteristik-karakteristik pra-abnormal
(premorbid characteristics), dan banyak ahli teori menganut pandangan tersebut
(Arieti & Bemporad, 1978). Istilah premorbid berarti “sebelum menjadi
sakit.” Apabila depresi itu merupakan perkembangan dari
karakteristik-
karakteristik kepribadian praabnormal, maka timbul pertanyaan, “tipe kepribadian khusus manakah yang menimbulkan depresi?” Pertanyaan ini penting karena jawabannya mungkin bisa membantu kita memahami depresi dan dapat mengidentifikasikan dengan cepat individu-individu yang memiliki kemungkinan besar menderita depresi. Akan tetapi, sulit sekali meneliti pengaruh dari kepribadian praabnormal pada depresi berikutnya karena kita jarang memperoleh informasi yang lengkap mengenai individu-individu sebelum mereka mengalami depresi; dan apabila kita meneliti mereka sesudah sembuh dari suatu periode depresi, maka kita mungkin melihat pengaruh-pengaruh sesudah mengalami depresi.
karakteristik kepribadian praabnormal, maka timbul pertanyaan, “tipe kepribadian khusus manakah yang menimbulkan depresi?” Pertanyaan ini penting karena jawabannya mungkin bisa membantu kita memahami depresi dan dapat mengidentifikasikan dengan cepat individu-individu yang memiliki kemungkinan besar menderita depresi. Akan tetapi, sulit sekali meneliti pengaruh dari kepribadian praabnormal pada depresi berikutnya karena kita jarang memperoleh informasi yang lengkap mengenai individu-individu sebelum mereka mengalami depresi; dan apabila kita meneliti mereka sesudah sembuh dari suatu periode depresi, maka kita mungkin melihat pengaruh-pengaruh sesudah mengalami depresi.
Karena depresi itu sering merupakan masalah yang terjadi
berulang-ulang, maka kadang-kadang episode depresi sebelumnya diinterpretasikan
sebagai dasar untuk suatu episode yang berikutnya; dan dengan demikian, menghasilkan
suatu gagasan bahwa suatu “kepribadian depresif’ menghasilkan suatu gangguan
depresif. Akan tetapi, dewasa ini pada umumnya orang menerima bahwa depresi
yang ringan tidak dapat dijadikan dasar untuk depresi patologik yang berikutnya
(Akiskal, et al., 1983).
Suatu karakteristik kepribadian pra-abnormal yang rupanya
berperan dalam perkembangan depresi adalah introversi (Akiskal, et al., 1983;
Hirschfeld, et al., 1983). Introversi mungkin ikut menyebabkan depresi karena
individu yang introvert mungkin kurang mendapat dukungan sosial dan menggunakan
strategi-strategi yang kurang efektif untuk menangani stres; dan faktor-faktor
tersebut membuat individu-individu lebih mudah diserang oleh pengaruh-pengaruh
stres yang dapat menimbulkan depresi.
Ada bukti bahwa perbedaan-perbedaan dalam kepribadian
bisa mempengaruhi pola simtom yang berkembang. Juga ditunjukkan bahwa para
wanita yang obsesif dan mengalami depresi, dengan demikian prihatin akan
kehilangan kontrol, memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam memperlihatkan
simtom-simtom agitasi dan kelihatannya mengalami depresi yang lebih hebat
dibandingkan dengan para wanita yang mengalami depresi meskipun tidak obsesif
(Lazare & Klerman, 1968).
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, tidak ada bukti yang
kuat bahwa setiap sifat kepribadian tertentu yang pra-abnormal menimbulkan
depresi secara langsung. Akan tetapi, sifat-sifat kepribadian pra-abnormal bisa
ikut menyebabkan secara tidak langsung perkembangan depresi dengan menciptakan
lingkungan-lingkungan interpersonal (dukungan sosial kurang, stres kehidupan)
yang dapat menyebabkan depresi. Selanjutnya, karakteristik-karakteristik
kepribadian pra-abnormal dapat mempengaruhi gambaran simtom yang berkembang.
Pustaka
Kesehatan Mental 2 Oleh Drs.Yustinus Semiun, OFM
0 komentar:
Posting Komentar