Persiapan
pasien operasi katarak
Jangan lupa
mendapatkan persetujuan tindak medis (informed consent) dari pasien, karena
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tidak adanya informed consent
menjadi titik lemah bagi dokter. Segala sesuatu bisa terjadi saat operasi
katarak, dan sebagai dokter, kita harus menerangkan dengan jujur kepada pasien
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah hubungan dokter-pasien. Walaupun hasil operasi kita sangat balk, adakalanya pasien merasa tetap tidak puas karena hal-hal yang kita anggap kecil, misalnya: saat pemeriksaan pasca operasi yang sangat singkat (pasien merasa hanya diperiksa seadanya), jawaban dokter yang kurang jelas atas pertanyaan pasien, dokter yang memberi kesan arogan, dan lain-lain. Sebaliknya ada juga pasien yang tetap berterima-kasih, meskipun pasca operasi hari pertama visus masih 1/60 karena edema kornea dan rela menunggu sampai 1 minggu untuk mencapai visus yang optimal (kornea kembali jernih). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dokter pasien sangat penting, apalagi bagi seorang pemula yang mempelajari fakoemulsikasi, dimana ada risiko untuk mengalarni komplikasi.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah hubungan dokter-pasien. Walaupun hasil operasi kita sangat balk, adakalanya pasien merasa tetap tidak puas karena hal-hal yang kita anggap kecil, misalnya: saat pemeriksaan pasca operasi yang sangat singkat (pasien merasa hanya diperiksa seadanya), jawaban dokter yang kurang jelas atas pertanyaan pasien, dokter yang memberi kesan arogan, dan lain-lain. Sebaliknya ada juga pasien yang tetap berterima-kasih, meskipun pasca operasi hari pertama visus masih 1/60 karena edema kornea dan rela menunggu sampai 1 minggu untuk mencapai visus yang optimal (kornea kembali jernih). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dokter pasien sangat penting, apalagi bagi seorang pemula yang mempelajari fakoemulsikasi, dimana ada risiko untuk mengalarni komplikasi.
Kebanyakan
kasus tuntutan pasien atas malpraktek seorang dokter, bersumber dari hubungan
dokter-pasien yang kurang baik – yaitu karena dokter tidak mempunyai rasa
empati terhadap pasiennya. Di jaman sekarang dimana masyarakat sudah sangat
kritis, penting sekali kita membina empati dengan pasien. Selain dokter juga
berterima-kasih karena mendapat kepercayaan dari pasien, juga harus diakui
bahwa sebelum seseorang mendapatkan predikat operator yang baik (skilled
surgeon), tentu pada kasus-kasus awal (learning curie) adakalanya hasil operasi
yang kurang optimal menjadi beban bagi pasien. Dengan demikian kita wajib
memperlakukan pasien sebaik mungkin, bukan hanya dalam hal-hal medis – tetapi
juga dalam hal kita bersikap, bertutur kata, bahasa tubuh, jujur dan penuh
keterbukaan. Semua itu akan menjadi semacam obat penawar bagi pasien jika hasil
operasi kita sesekali mengalami komplikasi.
Persiapan
lain yang dibutuhkan adalah berkaitan dengan keadaan umum pasien. Penderita
katarak biasanya berusia lanjut, sehingga perlu diperhatikan keberadaan
beberapa penyakit penyerta agar dapat dihindari komplikasi baik intra-operasi
maupun pasta operasi. Manfaatkanlah sistem rujukan kepada sejawat ahli penyakit
dalam untuk memastikan keadaan pasien jika ada kecurigaan tertentu mengenai
keadaan umum pasien. Ada laporan multicenter yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna dalam hal komplikasi operasi, frekuensi tertundanya operasi dan
keberhasilan operasi antara pasien yang dilakukan pemeriksaan laboratorium
pre-operasi dengan pasien yang tidak diperiksa. Tetapi tentu hal ini karena
anamnesis dan pengetahuan pasien yang cukup mengenai penyakit yang dideritanya.
Di Indonesia, tidak jarang kita jumpai pasien yang sama sekali tidak mengerti
mengenai masalah kesehatan, tidak pernah melakukan pemeriksaan ke dokter sena
kurang peduli dengan kesehatan dirinya sendiri. Selain itu kita harus mengakui
bahwa ada kalanya sistem pemeriksaan kita sendiri kurang komprehensif, yaitu
tidak secara mendetil menanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga atau alergi terhadap obat dan hal-hal lain yang seharusnya perlu
ditanyakan. Berdasarkan pertimbangan di atas, ada baiknya kita selalu melakukan
screening melalui pemeriksaan laboratorium terhadap semua penderita katarak
yang berusia di atas 60 tahun.
Kerjasama
yang diberikan pasien pada saat berlangsungnya operasi akan sangat membantu,
terutama bagi kita yang baru belajar fakoemulsifikasi. Pasien hanya bisa
bekerja sama jika dia mengerti sepenuhnya apa yang direncanakan dokter selama
operasi. Dengan demikian, lagi-lagi masalah informasi kepada pasien menjadi prioritas
yang harus disampaikan sejelas mungkin. Adakalanya dokter lupa memberikan
informasi ini, paling tidak ada bagian yang terlupakan, sedangkan pasien juga
sungkan dan tidak paham untuk bertanya lebih jauh. Mengatasi masalah ini,
biasakanlah memberikan brosur berupa keterangan mengenai apa yang dimaksud
dengan katarak, dan apa yang dilakukan dokter saat operasi katarak berlangsung.
PERDAMI (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, www.perdami °Kid) telah
mencetak brosur untuk informasi bagi pasien, dan brosur ini merupakan awal yang
baik untuk memulai komunikasi dokter-pasien, juga meningkatkan kepercayaan
pasien kepada dokter, sehingga pasien lebih kooperatif di atas meja operasi.
Hal lain
yang menyebabkan pasien kurang kooperatif dalam kaitannya dengan kurangnya
pengertian pasien tentu saja karena masalah gangguan pendengaran. Pasien tidak
mengerti karena tidak mendengar instruksi dokter, dan hal ini seringkali
dijumpai mengingat pasien katarak umumnva sudah berusia tua yang bisa juga
mengalami gangguan pendengaran. Pemberian anestesi topikal tentu kurang sesuai
pada pasien dengan gangguan pendengaran.
Setiap orang
yang direncanakan operasi pasti akan merasa gelisah, dimana kegelisahan pasien
ini juga mengganggu karena membuat pasien menjadi kurang kooperatif. Untuk
mengurangi kegelisahan ini, dokter harus mengenali tipe pasien yang
direncanakan operasi. Untuk pasien dengan tipe mudah cemas, sebaiknya diberikan
penjelasan agar lebih menenangkan pasien. Berikan juga obat-obat penenang untuk
di minum pada malam menjelang operasi dan pada pagi hari saat pasien akan
berangkat ke rumah sakit. Biasanya kami memberikan obat seperti diazepam 5 mg
untuk membantu mengurangi kegelisahan pasien.
Beberapa hal
yang menyebabkan pasien tidak dapat bekerja sama dengan dokter saat dilakukan
operasi, antara lain: (1) Tidak mengerti dan kurang informasi mengenai tindakan
operasi (sudah dijelaskan di atas); (2) Tidak mengerti instruksi dokter karena
gangguan pendengaran atau masalah bahasa; (3) Gelisah; (4) Tidak nyaman; dan
(5) Berkaitan dengan penyakit lain yang diderita pasien.
Persiapan
yang tidak kurang pentingnya adalah memberikan prognosis mengenai visus pasca
operasi. Jangan menjanjikan visus akan mengalami perbaikan kecuali didukung
oleh data pemeriksaan pre-operasi untuk menilai fungsi makula. Beberapa
pemeriksaan yang dimaksud antara lain adalah: retinometry (laser
interferometry), PAM (potential acuity meter), PAP (potential acuity pinhole),
purkinje image ataupun bluefield entoptic phenomenon. Lakukanlah pemeriksaan
tersebut di atas terutama pada kasus dimana kekeruhan lensa tidak sesuai dengan
tajam penglihatan pasien tersebut.
Pustaka
Transisi
Menuju Fakoemulsifikasi Oleh Istiantoro Soekardi
0 komentar:
Posting Komentar