Ditemukan,
Planet Ke-10 Tata Surya
Sejak Clyde
Tombaugh menemukan Planet Pluto tahun 1930, para astronom masih terus berburu
planet di dalam Tata Surya. Itu karena mereka penasaran dengan ukuran Pluto
yang kecil-bergaris tengah 2.300 km-selain terus diganggu dengan pertanyaan:
Apakah
Pluto merupakan planet terjauh dari Matahari? Teka-teki ini tampaknya
telah terjawab. Satu obyek lebih besar dari Pluto yang diyakini sebagai planet
ke-10 dalam Tata Surya ditemukan. Badan Ruang Angkasa AS (NASA) mengumumkannya
Jumat, 29 Juli. Dengan demikian, Pluto tidak lagi jadi planet terjauh dalam
Tata Surya. Obyek baru ini belum punya nama resmi, tetapi sementara disebut
2003 UB313. Jarak obyek 14,5 miliar km dari Matahari, atau sekitar 97 kali
jarak Matahari-Bumi. Dibandingkan dengan jarak Matahari-Pluto, planet ke-10
tiga kali lebih jauh. Satu tahun planet baru itu setara dengan 560 tahun Bumi.
2003 UB313
ditemukan oleh Dr Mike Brown, profesor astronomi keplanetan, dan koleganya dari
Institut Teknologi California dengan menggunakan Teleskop Samuel Oschin di
Observatorium Palomar yang terletak di dekat kota San Diego, AS.
Planet baru
ini kurang-lebih berada di Sabuk Kuiper, satu kawasan gelap di luar orbit
Planet Neptunus di mana ribuan benda es kecil mengorbit mengelilingi Matahari.
Planet ke-10 tampaknya juga setipe dengan obyek-obyek Sabuk Kuiper, tetapi
berukuran lebih besar.
“Pasti lebih
besar dari Pluto,” tegas Brown dalam situs NASA. Astronom yang menggunakan
teropong besar bisa melihat planet baru ini, tetapi jangan berharap
pemandangannya mengesankan. Planet 2003 UB313 hanya akan tampak sebagai noktah
cahaya redup-dalam istilah astronomi magnitudo visualnya 19. Planet bergerak
dengan malas terhadap bintang-bintang yang ada di latar belakang.
Rasi Cetus
Menurut
Brown, planet ke-10 ada di rasi bintang Cetus yang tampak di langit pagi
sebelah timur, hampir tepat di atas kepala. Penemu lain planet ini adalah
Chadwick Trujillo dari Observatorium Gemini di Mauna Kea, Hawaii, dan David
Rabinovitz dari Universitas Yale, New Haven, Connecticut. Mereka pertama kali
memotretnya dengan Teleskop Samuel Oschin yang bergaris tengah 120 cm, tanggal
31 Oktober 2003.
Karena obyek
jauh sekali, geraknya tidak terdeteksi sampai mereka menganalisa kembali data
itu, 8 Januari 2005, yang kemudian dianggap sebagai tanggal penemuan planet
ke-10.
Selama tujuh
bulan terakhir para ilmuwan terus mempelajari planet tersebut guna menaksir
ukuran dan pergerakannya.
Tahun 2004
tim yang sama mengumumkan penemuan obyek jauh yang dinamai Sedna, yang hingga
temuan terakhir memegang julukan sebagai obyek paling jauh di Tata Surya. Sedna
lebih kecil dari Pluto.
Brown dan
rekan telah mengusulkan nama planet baru ini, tetapi mereka enggan
mengungkapkan hingga nama itu disetujui oleh Badan Astronomi Internasional IAU
(International Astronomical Union).
Secara
informal, para astronom tersebut menamainya “Xena”, mengikuti nama putri
ksatria Yunani dalam film serial yang populer saat mereka mulai mengamati
langit tahun 2000.
Para astronom
sendiri tidak bisa melihat planet 2003 UB313 dengan menggunakan Teleskop
Angkasa Spitzer milik NASA yang mencari obyek pemancar radiasi infra-merah.
Boleh jadi memang hal yang amat sulit mengingat planet baru ini bersuhu
permukaan minus 207°C.
Satu hal lagi
yang dapat diceritakan dari planet baru ini adalah orbitnya. Kalau
planet-planet lain mengorbit nyaris dalam satu bidang-disebut ekliptika-orbit
2003UB313 menyilang 44 derajat dari ekliptika.
“Bisa membuat
orbit seperti itu sangat sulit,” ujar Harold Levison dari Institut Riset
Southwest di Boulder, Colorado.
Mengingat
planet baru ini merupakan obyek ketiga paling terang di Sabuk Kuiper,
semestinya ia bisa ditemukan lebih cepat. Tetapi mengingat bidang orbitnya yang
sangat menyilang tersebut, maka tidak banyak orang yang mengarahkan surveinya
ke sana.






0 komentar:
Posting Komentar