Studi
Korelasional
Seperti
halnya survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan
adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih,
yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam
variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks
yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan
besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Studi
korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur
sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel
tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi.
Misalnya peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya
berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang
ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll)
diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang
paling kuat hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah.
Kekuatan
hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang
angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran yang
diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil
pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan
yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif menunjukkan
hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0 untuk
koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin besar
koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negatif, makin besar
kekuatan hubungan antar variabel.
Misalnya,
terdapat korelasi positif antara variabel IQ dengan prestasi belajar;
mengandung makna IQ yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang tinggi;
dengan kata lain terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar.
Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel
akan diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya, terdapat
korelasi negatif antara absensi (ketidakhadiran) dengan prestasi belajar;
mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar
yang rendah; dengan kata lain terdapat ketidaksejajaran antara absensi dengan
prestasi belajar.
Dalam suatu
penelitian korelasional, paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur
sehingga dapat diketahui hubungannya. Di samping itu dapat pula dianalisis
hubungan antara dari tiga variabel atau lebih.
Makna suatu
korelasi yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal.
Pertama, kekuatan hubungan antar variabel, kedua, signifikansi statistik
hubungan kedua variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan
dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol
berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu
menunjukkan kuatnya hubungan.
Faktor yang
cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya koefisien korelasi adalah
keterandalan instrumen yang digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang
terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu sukar untuk anak bodoh akan
menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena itu instrumen yang
tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkapkan derajat
hubungan yang bermakna atau signifikan.
0 komentar:
Posting Komentar