Gastroenteritis akut
merupakan penyebab tersering kedua infeksi pada anak setelah selesma.
Etiologi biasanya adalah
virus walaupun infeksi bakteri dan protozoa dapat juga terjadi. Infeksi virus
antara lain disebabkan oleh virus Norwalk, rotavirus (muncul pada saat muslin
dingin), enterovirus (muncul pada saat musim panas), koronavirus, dan
adenovirus. Infeksi bakteri ditandai dengan adanya hematokezia atau adanya
mukus di dalam tinja dan disebabkan infeksi oleh Salmonella, Shigella,
Campy/Owlet; Yersinia. Escherichia coli patogen, dan spesies Clostridium
difficile dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa yang menimbulkan nyeri
abdomen dan diare. terutama setelah pernakaian antibiotik. Giardia lamblia dan
Coptosporidium adalah parasit yang menyebabkan wabah di tempat perawatan.
Giardia juga ditemukan di air sumur yang tercemar.
Jika tinja positif heme atau
mengandung mukus maka sebaiknya dieurigai penyebabnya adalah bakteri dan dilakukan
pemeriksaan biakan bakteri. Bila pasien dicurigai menderita kolitis C.
difficile, sebaiknya tinja dianalisis untuk menemukan toksin C. Akhirnya, jika
diduga ada infeksi protozoa, sebaiknya paling sedikit diambil tiga kali
pemeriksaan tinja terhadap telur cacing dan parasit, dengan sampel yang diambil
setiap dua hari sekali.
Gastroenteritis virus
biasanya merupakan penyakit yang sembuh spontan, berlangsung 2-5 hari, dan
tidak memerlukan perawatan rumah sakit kecuali terjadi dehidrasi yang
signifikan. Anak sering menunjukkan gejala kram perut muntah, dan buang air
besar cair 6-10 kali sehari. Walaupun dapat ditemukan darah di tinja pada
gastroenteritis virus, tempi lebih mungkin merupakan enteritis bakterial.
Hematemesis (mengandung darah) dapat terjadi jika muntah berlangsung hebat.
Pada pemeriksaan, abdomen biasanya tidak mengalami peregangan dan lunak, dengan
nyeri yang difus. Bising usus biasanya hiperaktif.
Pemeriksaan laboratorium di
rekomendasikan hanya untuk anak yang memiliki tanda dehidrasi sedang sampai
berat. Hasil pemeriksaan elektrolit dapat menunjukkan hiponatremia atau
hipernatremia dan asidosis yang signifikan, terutama jika diare berkepanjangan.
Hitung darah lengkap dapat memperlihatkan hemokonsentrasi yang juga memperkuat
keadaan dehidrasi. Jika pasien dirawat selama musim dingin dan dicurigai akibat
rotavirus maka uji diagnostik cepat untuk mengetahui adanya virus ini penting
dilakukan untuk mengontrol infeksi.
Pengobatan
Terapi rehidrasi oral
merupakan pengobatan utama pada sebagian besar anak dengan gastroenteritis akut
dan sebaiknya terdiri atas larutan elektrolit/glukosa seimbang seperti
Pedialyte atau Ricelyte dengan pemberian kembali makanan padat secara dini.
Bayi yang menyusui sebaiknya didorong untuk melanjutkan menyusui kecuali jika
asupan makanan kurang. Pada bayi yang diberi susu formula disarankan untuk
meningkatkan pemberian secara bertahap dari larutan rehidrasi oral ke susu
formula encer dan akhirnya susu formula normal, walaupun masih terdapat
perdebatan mengenai perlu tidaknya tindakan ini. Penggunaan “cairan jernih”
secara kebetulan masih dipertanyakan karena banyak cairan pada kategori ini
tidak fisiologis dan mengandung gula dalam jumlah berlebihan serta kandungan
elektrolitnya kurang atau berlebihan. Pasien yang mengalami dehidrasi sedang
sampai berat memerlukan terapi cairan intravena mula-mula dengan 20 ml/kg
larutan salin normal, kemudian sering dilakukan penilaian ulang. Pemberian
berbagai obat antiemetik dan antidiare tidak memperlihatkan manfaat yang jelas dan
mengandung risiko. Oleh karena itu, obat yang mengontrol gejala muntah dan
diare sebaiknya di hindari.






0 komentar:
Posting Komentar