Kamis, 29 Maret 2012

Pengertian CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)




Pengertian CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Pengertian CBSA dapat kita telusuri dalam kegiatan belajar-mengajar. Pemahaman terhadap mengajar ditentukan oleh persepsi guru terhadap belajar. Kalau belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh informasi,maka mengajar adalah memberi informasi. Kalau belajar adalah untuk memperoleh suatu keterampilan,maka mengajar adalah melatih keterampilan. Konsep belajar-mengajar dalam pemahaman seperti itu kurang mendapat tempat bagi CBSA. Seperti telah disebutkan sebelumnya,peserta didik merupakan seorang peneliti yang mengamati lingkungan sekitarnya. Belajar dalam pengertian CBSA ini adalah kegiatan untuk mengolah informasi. Dengan demikian,mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar.


Belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dan kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan yang rumit. Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar, meraba, dengan alat-alat indera manusia. Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan kontak dengan stimulus atau bahan yang dipelajari. Akan tetapi, kegiatan belajar tidak terhenti sampai di sini. Proses melihat tidak terhenti pada lensa mata, kegiatan mendengar tidak terhenti pada telinga, tetapi diteruskan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan.

Kegiatan mental intelektual seperti ini disebut akomodasi kognitif. Mengamati dan tidak terbatas hanya melihat, memperhatikan dan tidak hanya terbatas pada mendengar, merasakan, dan sebagainya, adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ini. Akomodasi kognitif ini bisa gagal jika temuan baru yang diakomodasikan itu terasa asing bagi stok kognitif yang telah ada. Karena itu, proses akomodasi ini sangat tergantung pada apa yang telah dimiliki sebelumnya.

Kegiatan belajar tidak terbatas hanya sampai pada akomodasi kognitif. Temuan baru yang sudah diakomodasikan ke dalam stok kognitif akan mengintegrasikan dirinya dengan stok kognitif yang telah ada. Stok kognitif seseorang mempunyai struktur tersendiri. Jika kita menyebut istilah sekolah misalnya, dan meminta kepada siswa untuk menulis satu kata yang ada hubungannya dengan istilah sekolah itu, maka akan kita temukan berbagai macam kata yang mereka tulis. Ada yang menulis belajar, ada yang menulis guru, ada yang menulis siswa, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan struktur kognitif yang berbeda-beda yang tampak dalam metode mengklasifikasikan yang berbeda-beda pula. Kegiatan intelektual untuk mengintegrasikan temuan baru ke dalam struktur kognitif ini disebut proses asimilasi kognitif. Kegiatan-kegiatan ini antara lain menguji, mencocokkan, menyesuaikan, mempergunakan, dan sebagainya termasuk dalam kegiatan mental intelektual dalam pengertian CBSA – cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, istilah aktif dalam konsep CBSA adalah aktivitas mental intelektual yang ada dalam proses akomodasi dan asimilasi kognitif.

Belajar adalah aktivitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam proses belajar itu. “Membenci kejahatan dan mencintai perdamaian” tidak hanya dipahami secara intelektual, tetapi juga dihayati secara emosional.

Kegiatan fisik, seperti menulis, mengatur, meragakan, dan sebagainya juga turut terlibat. Belajar menyetir, membuat bangunan, mengetik adalah contoh-contoh bahwa aktivitas fisik itu mempunyai peranan penting. Semua kegiatan inilah yang dimaksud dengan istilah aktif dalam CBSA, sehingga pengertian CBSA adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.

Menurut Conny Semiawan, dalam CBSA selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Karena itu, menurut beliau “CBSA yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan memproseskan perolehan pada siswa meliputi keterampilan-keterampilan: mengamati atau mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

Mengajar dalam pendekatan seperti ini berarti menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan semua kemampuan siswa dapat dikembangkan dalam proses belajar. Komponen-komponen dari sistem itu disusun sedemikian sehingga aktivitas siswa dapat dikerahkan secara maksimal dengan arah yang tepat. Antara lain, materi disajikan secara merangsang, kemampuan siswa diperhitungkan, guru yang berfungsi sebagai motivator, organisator, pengarah, dan media pengajaran yang cukup komunikatif. Di dalam sistem yang demikian siswa memperoleh pengalaman belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa live-in di dalam proses belajar-mengajar sehingga mereka menikmati pengalaman belajar itu dengan asyik. Keasyikan dalam pengalaman belajar membuat pengalaman belajar tidak terikat pada ruang dan waktu. Siswa tidak lagi merasa terkurung di dalam ruang kelas yang dibatasi oleh tembok karena imajinasi mereka menembus batas-batas itu. Begitu juga mereka tidak merasa dibatasi oleh waktu yang tersedia. Waktu 90 menit bertatap muka dalam kelas dirasakan seperti hanya lima menit.

2. Kegiatan belajar berjalan secara antusias. Keinginan mengetahui, mencari disertai dengan keyakinan pada dini sendiri berkembang di dalam proses belajar itu sendiri.

3. Ada rasa kepenasaran diikuti dengan sikap on the task. Pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam kelas akan diteruskan di luar kelas, baik dalam arti pengalaman belajar terstruktur maupun pengalaman belajar mandiri. Sama halnya dengan seorang penggemar musik yang menikmati rangkaian nada suara gitar. Jiwanya seolah-olah terpadu bersama dengan nada gitar yang digemarinya. Ia dibawa terbang tinggi oleh nada tinggi dan dihempaskan oleh nada-nada rendah. Tetapi tiba-tiba gitar berhenti sebelum nyanyiannya selesai. Si penggemar yang menikmatinya menjadi kecewa, dan sekaligus penasaran untuk mencari nada gitar yang terputus. Kalau hal ini disejajarkan dengan belajar, maka ketertarikan siswa pada pelajaran sangat tergantung pada guru sebagai aktornya. Pelajaran itu tidak selesai di dalam kelas, dan hal itu menimbulkan kepenasaran siswa untuk mencari lanjutannya di perpustakaan atau di mana saja sumber yang dapat mereka temukan.

Ciri-ciri tersebut menunjukkan adanya keterlibatan siswa secara mental-intelektual-emosional-fisik dalam proses belajar, baik di dalam kelas maupun pada kegiatan terstruktur dan mandiri. Khusus di dalam proses belajar-mengajar di kelas, kadar CBSA dapat diamati melalui tujuh indikator dari Mckeachi sebagai berikut.
1. Tingkat partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar-mengajar.
2. Pemberian tekanan pada afektif.
3. Tingkat partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
4. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan.
5. Derajat kohesivitas kelas sebagai kelompok.
6. Peluang yang ada bagi siswa untuk turut mengambil bagian dalam kehidupan sekolah.
7. Jumlah waktu yang digunakan oleh guru dalam menangani masalah pribadi siswa.

Untuk menciptakan kondisi belajar seperti itu perlu diperhatikan beberapa syarat. Conny Semiawan mengemukakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
1. Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar-mengajar.
2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah siswa dapat memproses bahan baru.
3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.
4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.
5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan-perbedaan tertentu di antara setiap siswa, sehingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal.
6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya.
Pustaka Artikel Pengertian CBSA

Strategi Belajar Mengajar (Cover Baru) Oleh W Gulo


  • Ramalan Hari Ini
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More