Pengertian CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pengertian CBSA dapat kita telusuri dalam kegiatan
belajar-mengajar. Pemahaman terhadap mengajar ditentukan oleh persepsi guru
terhadap belajar. Kalau belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh
informasi,maka mengajar adalah memberi informasi. Kalau belajar adalah untuk
memperoleh suatu keterampilan,maka mengajar adalah melatih keterampilan. Konsep
belajar-mengajar dalam pemahaman seperti itu kurang mendapat tempat bagi CBSA.
Seperti telah disebutkan sebelumnya,peserta didik merupakan seorang peneliti
yang mengamati lingkungan sekitarnya. Belajar dalam pengertian CBSA ini adalah
kegiatan untuk mengolah informasi. Dengan demikian,mengajar adalah usaha untuk
mengoptimalkan kegiatan belajar.
Belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan
mental intelektual, mulai dan kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan
yang rumit. Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam
arti kegiatan melihat, mendengar, meraba, dengan alat-alat indera manusia.
Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan kontak dengan stimulus atau bahan yang
dipelajari. Akan tetapi, kegiatan belajar tidak terhenti sampai di sini. Proses
melihat tidak terhenti pada lensa mata, kegiatan mendengar tidak terhenti pada
telinga, tetapi diteruskan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan.
Kegiatan mental intelektual seperti ini disebut akomodasi
kognitif. Mengamati dan tidak terbatas hanya melihat, memperhatikan dan tidak
hanya terbatas pada mendengar, merasakan, dan sebagainya, adalah
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ini. Akomodasi kognitif ini bisa
gagal jika temuan baru yang diakomodasikan itu terasa asing bagi stok kognitif
yang telah ada. Karena itu, proses akomodasi ini sangat tergantung pada apa
yang telah dimiliki sebelumnya.
Kegiatan belajar tidak terbatas hanya sampai pada
akomodasi kognitif. Temuan baru yang sudah diakomodasikan ke dalam stok
kognitif akan mengintegrasikan dirinya dengan stok kognitif yang telah ada.
Stok kognitif seseorang mempunyai struktur tersendiri. Jika kita menyebut
istilah sekolah misalnya, dan meminta kepada siswa untuk menulis satu kata yang
ada hubungannya dengan istilah sekolah itu, maka akan kita temukan berbagai
macam kata yang mereka tulis. Ada yang menulis belajar, ada yang menulis guru,
ada yang menulis siswa, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan struktur kognitif
yang berbeda-beda yang tampak dalam metode mengklasifikasikan yang berbeda-beda
pula. Kegiatan intelektual untuk mengintegrasikan temuan baru ke dalam struktur
kognitif ini disebut proses asimilasi kognitif. Kegiatan-kegiatan ini antara
lain menguji, mencocokkan, menyesuaikan, mempergunakan, dan sebagainya termasuk
dalam kegiatan mental intelektual dalam pengertian CBSA – cara belajar siswa
aktif. Dengan demikian, istilah aktif dalam konsep CBSA adalah aktivitas mental
intelektual yang ada dalam proses akomodasi dan asimilasi kognitif.
Belajar adalah aktivitas manusia di mana semua potensi
manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental
intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional
bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang,
tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah dimensi-dimensi
emosional yang turut terlibat dalam proses belajar itu. “Membenci kejahatan dan
mencintai perdamaian” tidak hanya dipahami secara intelektual, tetapi juga
dihayati secara emosional.
Kegiatan fisik, seperti menulis, mengatur, meragakan, dan
sebagainya juga turut terlibat. Belajar menyetir, membuat bangunan, mengetik
adalah contoh-contoh bahwa aktivitas fisik itu mempunyai peranan penting. Semua
kegiatan inilah yang dimaksud dengan istilah aktif dalam CBSA, sehingga
pengertian CBSA adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara
maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan
emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.
Menurut Conny Semiawan, dalam CBSA selalu dihadapkan
kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Karena itu, menurut
beliau “CBSA yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang
mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan memproseskan
perolehan pada siswa meliputi keterampilan-keterampilan: mengamati atau
mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan
variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.
Mengajar dalam pendekatan seperti ini berarti menciptakan
sistem lingkungan yang memungkinkan semua kemampuan siswa dapat dikembangkan
dalam proses belajar. Komponen-komponen dari sistem itu disusun sedemikian
sehingga aktivitas siswa dapat dikerahkan secara maksimal dengan arah yang
tepat. Antara lain, materi disajikan secara merangsang, kemampuan siswa
diperhitungkan, guru yang berfungsi sebagai motivator, organisator, pengarah,
dan media pengajaran yang cukup komunikatif. Di dalam sistem yang demikian
siswa memperoleh pengalaman belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa live-in di dalam proses belajar-mengajar
sehingga mereka menikmati pengalaman belajar itu dengan asyik. Keasyikan dalam
pengalaman belajar membuat pengalaman belajar tidak terikat pada ruang dan
waktu. Siswa tidak lagi merasa terkurung di dalam ruang kelas yang dibatasi
oleh tembok karena imajinasi mereka menembus batas-batas itu. Begitu juga
mereka tidak merasa dibatasi oleh waktu yang tersedia. Waktu 90 menit bertatap
muka dalam kelas dirasakan seperti hanya lima menit.
2. Kegiatan belajar berjalan secara antusias. Keinginan
mengetahui, mencari disertai dengan keyakinan pada dini sendiri berkembang di
dalam proses belajar itu sendiri.
3. Ada rasa kepenasaran diikuti dengan sikap on the task.
Pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam kelas akan diteruskan di
luar kelas, baik dalam arti pengalaman belajar terstruktur maupun pengalaman
belajar mandiri. Sama halnya dengan seorang penggemar musik yang menikmati
rangkaian nada suara gitar. Jiwanya seolah-olah terpadu bersama dengan nada
gitar yang digemarinya. Ia dibawa terbang tinggi oleh nada tinggi dan
dihempaskan oleh nada-nada rendah. Tetapi tiba-tiba gitar berhenti sebelum
nyanyiannya selesai. Si penggemar yang menikmatinya menjadi kecewa, dan
sekaligus penasaran untuk mencari nada gitar yang terputus. Kalau hal ini
disejajarkan dengan belajar, maka ketertarikan siswa pada pelajaran sangat
tergantung pada guru sebagai aktornya. Pelajaran itu tidak selesai di dalam
kelas, dan hal itu menimbulkan kepenasaran siswa untuk mencari lanjutannya di
perpustakaan atau di mana saja sumber yang dapat mereka temukan.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan adanya keterlibatan siswa
secara mental-intelektual-emosional-fisik dalam proses belajar, baik di dalam
kelas maupun pada kegiatan terstruktur dan mandiri. Khusus di dalam proses
belajar-mengajar di kelas, kadar CBSA dapat diamati melalui tujuh indikator
dari Mckeachi sebagai berikut.
1. Tingkat partisipasi siswa dalam menentukan tujuan
kegiatan belajar-mengajar.
2. Pemberian tekanan pada afektif.
3. Tingkat partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar.
4. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau kontribusi
siswa yang kurang relevan.
5. Derajat kohesivitas kelas sebagai kelompok.
6. Peluang yang ada bagi siswa untuk turut mengambil
bagian dalam kehidupan sekolah.
7. Jumlah waktu yang digunakan oleh guru dalam menangani
masalah pribadi siswa.
Untuk menciptakan kondisi belajar seperti itu perlu
diperhatikan beberapa syarat. Conny Semiawan mengemukakan prinsip-prinsip yang
perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat
mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip
tersebut ialah:
1. Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai
motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa
dalam proses belajar-mengajar.
2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip
keterhubungan bahan baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya.
Dengan perolehan yang ada inilah siswa dapat memproses bahan baru.
3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang
menghubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.
4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan
pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.
5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa
ada perbedaan-perbedaan tertentu di antara setiap siswa, sehingga mereka tidak
diperlakukan secara klasikal.
6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa
menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa
untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu
menyelesaikannya.
Pustaka Artikel Pengertian CBSA
Strategi Belajar Mengajar (Cover Baru) Oleh W Gulo
0 komentar:
Posting Komentar