Inspeksi
Vulva
Vulva harus
selalu diamati dengan cermat apabila sedang melakukan palpasi abdomen atau
pemeriksaan vagina; apakah ini pada waktu antenatal, pada saat persalinan,
ataukah setelah kelahiran bayi.
Beberapa
kelainan yang mungkin dijumpai adalah:
1. Pruritus
vulva. Iritasi yang kuat yang dirasakan oleh wanita mungkin sebagai akibat dari
glikosuria atau moniliasis. Uji diagnostik dilakukan terhadap urine maupun
usapan vagina. Vulva merah dan garukan dapat menyebabkan infeksi kulit.
2. Varises
vena. Varises lebih sering dijumpai pada multigravida (multipara), ibu yang
mengalami hidramnion atau kehamilan ganda. Varises ini sebagian disebabkan oleh
aliran balik vena yang terganggu dan gangguan ini mengalami kekambuhan karena
relaksasi dinding vasa akibat pengaruh progesteron dan sebagian karena
peningkatan volume darah yang beredar. Varises ini dapat terasa sangat sakit
dan pengobatannya sebagian terletak pada pemasangan bantalan perineum yang
kencang untuk memberikan penopang sambil menasehatkan wanita tersebut untuk
beristirahat dengan posisi rekumben sebanyak mungkin. Dapat timbul bahaya
ruptur varises tersebut. Kelainan ini berhubungan dengan varises tungkai bawah,
hemoroid dan edema.
3. Edema.
Edema berhubungan dengan varises vena vulva, dan edema ini lebih sering
dijumpai pada preeklampsia. Pengobatannya adalah pengobatan pre-eklampsianya.
Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa
untuk mengesampingkan adanya syangkroid sililitikum (ulkus durum).
4. Kutil
vulva. Kelainan ini umumnya berhubungan dengan infeksi virus dan kutil
(verruca) ini menyebar merata pada saat kehamilan. Verruca tersebut
kadang-kadang berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. Verruca vulva juga
disertai dengan gonore atau verruca tersebut mungkin adalah kondilomata
sifilitika. Haws dibuat diagnosis banding dan kemudian diperlukan pengobatan
yang sesuai.
5.
Pembengkakan vulva paling sering berhubungan dengan sumbatan ductus Bartholini
yang terinfeksi, perlu dikesampingkan adanya gonore sebagai penyebab abses
Bartholini, tetapi gonore ini bukan merupakan satn-satunya penyebab.
6. Rasa
sakit pada vulva atau herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simplex
atau syangkroid sifilitikum (ulcus durum), kedua keadaan ini perlu diagnosis dan
pengobatan yang spesifik.
7. Hematoma
vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke dalam jaringan
subkutan vulva dan/atau pada dinding vagina disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah. Hematoma vulva juga mungkin terjadi karena trauma karena tekanan atau
berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi. Ibu yang baru
raja melahirkan akan mengeluh merasa sakit dan hal ini sangat mungkin mengalami
syok derajat tertentu yang tidak berhubungan dengan besarnya hematoma. Diperlukan
transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat. Hematoma
tersebut akan memerlukan drainase dan penjahitan kembali yang biasanya
dilakukan dengan anestesi umum, kecuali bila hematoma tersebut kecil dan hanya
menunjukkan gejala-gejala yang ringan. Wanita tersebut akan sangat takut dan
perlu ditemahi oleh petugas kesehatan, serta diberikan nasehat yang membesarkan
hati sambil menunggu pembedahan.
8. Sikatriks
(jaringan parut) vulva. Sikatriks vulva yang paling sering ditemukan selama pemeriksaan
vulva adalah sikatriks perineum karena sikatriks episiotomi yang sudah sembuh,
tetapi sikatriks bagian anterior berhubungan dengan robeknya jaringan di tempat
pernah dilakukan sirkumsisi wanita.
Pustaka
Anatomi and
Fisiologi Terepan dalam Kebidanan Oleh Sylvia Verrals






0 komentar:
Posting Komentar