Dampak
kesehatan penyakit bawaan makanan
Kecuali
beberapa penyakit, seperti botulisme, bruselosis dan listeriosis, penyakit
bawaan makanan kerapkali dipandang sebagai penyakit yang ringan dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Meskipun terkadang memang benar, pada banyak kasus
konsekuensi kesehatan yang terjadi justru serius dan bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Persepsi yang salah ini sebagian terjadi karena kurangnya perhatian
yang diberikan terhadap masalah tersebut.
Konsekuensi
kesehatan akibat penyakit bawaan makanan bervariasi menurut patogen
penyebabnya, tahapan dan lamanya pengobatan, juga dengan usia dan faktor lain
yang berkaitan dengan daya tahan dan kerentanan seseorang. Gejalanya yang akut
meliputi diare, mual, muntah, nyeri dan kram perut, panas dan jaundice. Pada
kebanyakan kasus, pasien dengan fungsi kekebalan yang baik akan sembuh dalam
beberapa hari atau beberapa minggu. Namun, pada kasus lain, khususnya di
kalangan kelompok masyarakat yang rentan (mis., lansia, bayi, anak kecil, ibu hamil
dan orang yang mengalami malnutrisi serta gangguan kekebalan), beberapa
penyakit bawaan makanan dapat berakibat fatal terutama jika tidak tersedia
pengobatan yang memadai.
Beberapa
infeksi bawaan makanan dapat menimbulkan komplikasi serius yang memengaruhi
sistem kardiovaskular, ginjal, persendian, pernapasan, dan sistem imun. Di
antara kelompok-kelompok yang rentan, efek kesehatan ini mungkin akan lebih
serius lagi. Pada survei terhadap 32.448 kasus penyakit bawaan makanan di
negara Federasi Rusia, efek kronis pada kesehatan tampak pada lebih dari 11%
pasien, dengan efek hipertensi dan kolelitiasis paling sering tampak. Sejumlah
pasien juga mengalami infark miokard.
Contoh
komplikasi serius yang berkaitan dengan penyakit bawaan ma-kanan adalah artritis
reaktif serta sindrom rematoid, meningitis, endokarditis, sindrom Reiter,
sindrom Guillain-Barre, dan sindrom uremik hemolitik. Contoh, salmonelosis
pernah dilaporkan menyebabkan penyakit artritis reaktif pada beberapa
penderitanya. Pada KLB salmonelosis bawaan susu yang terjadi pada tahun 1985 di
Illinois, sekitar 2% penderitanya mengalami artritis reaktif sebagai komplikasi
infeksi tersebut.
Sejumlah
pasien khususnya anak-anak yang terjangkit E. coli dapat mengalami sindrom
uremik hemolitik yang ditandai dengan adanya gagal ginjal akut. Manifestasi
listeriosis dapat meliputi septikemia, meningitis, ensefalitis, osteomielitis
dan endokarditis; pada ibu hamil, penyakit terse- but dapat menyebabkan
abortus, bayi lahir mati atau malformasi janin. Angka fatalitas keseluruhan
mencapai sekitar 30%. Pada KLB listeriosis yang menyerang ibu hamil di
Australia Barat, angka fatalitas pada janin yang terinfeksi mencapai 50%.
Infeksi
transplasental Toxoplasma gondii dapat terjadi pada sekitar 45% ibu hamil yang
terinfeksi. Dalam 10-20% morbiditas nonfatal, bayi dapat mengalami kerusakan
pada sistem saraf pusat dan pada retinokoroiditisnya yang dapat menimbulkan
kebutaan. Bayi yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala (asimptomatik)
diyakini di kemudian hari dalam kehidupannya juga dapat mengalami gejala sisa,
yang paling sering adalah retinokoroiditis. Secara global diperkirakan bahwa
dalam tiga dari setiap 1.000 kehamilan, janin/bayi akan terjangkit
toksoplasmosis.
Infeksi
akibat Vibrio vulnificus dapat dijumpai sebagai keadaan septikemia fulminan dan
sering disertai komplikasi nekrosis pada kulit (lesi nekrotikan kutaneus).
Menurut beberapa hasil penelitian, angka fatalitas kasus pada pasien dengan
riwayat penyakit hati adalah 63% dan pada pasien tanpa riwayat penyakit hati
adalah 23%.
Sistiserkosis,
yaitu infeksi oleh larva Taenia solirun, urnum terjadi terutama di Amerika
Selatan serta Tengah dan dapat menimbulkan lesi pada otak. Cacing pipih hati
Opisthorchis viverrini dan Clonorchis sinensis menyebabkan obstruksi pada
saluran empedu serta kolangitis piogenik yang rekuren; kedua cacing ini
bersifat karsinogenik bagi manusia.
Serangan
berulang penyakit bawaan makanan dapat menyebabkan mal-nutrisi yang memberikan
dampak serius terhadap pertumbuhan dan sistem imun bayi dan anak. Bayi yang
resistensinya terganggu menjadi lebih rentan terhadap penyakit lain (termasuk
infeksi pernapasan) dan selanjutnya akan terjebak dalam lingkaran setan
malnutrisi serta infeksi. Banyak bayi dan anak tidak dapat bertahan dalam keadaan
ini. Setiap tahun, terdapat 12-13 juta balita yang meninggal dunia akibat efek
yang berkaitan dengan malnutrisi dan infeksi.
Konsekuensi
kesehatan yang serius pernah dilaporkan ketika makanan yang mengandung
kontaminan kimia seperti logam berat (mis., metil merkuri, timbal dan kadmium)
dikonsumsi selama beberapa periode. Timbal dapat memengaruhi hematopoiesis,
fungsi ginjal, dan sistem saraf. Merkuri juga menimbulkan efek yang serius pada
sistem saraf. Baik merkuri maupun timbal merupakan unsur yang berbahaya
terutama bagi ibu hamil.
Pustaka
Penyakit
Bawaan Makanan






0 komentar:
Posting Komentar