Emosi
merupakan perasaan intens yang di tujukan kepada seseorang atau suatu objek.
Emosi dapat berupa sesuatu yang positif
maupun sesuatu yang negative. Emosi yang positif biasa di tunjukkan dengan
perasaan bahagia dan gembira ketika merasa senang dengan sesuatu, sebaliknya
emosi yang negative di tunjukkan dengan perasaan marah ketika merasa kesal dan
kecewa dengan suatu keadaan. Emosi negative ini lah yang harus kita redam/ kita
kendalikan.
Merasa
kesal, marah, dan kecewa pada suatu keadaan tentunya pasti sering kita rasakan.
Kesal kepada orang tua, kakak, adik, saudara, teman, dan mungkin orang-orang di
sekitar kita lainnya merupakan hal yang sangat wajar. Setiap orang pasti pernah
mengalaminya. Banyak hal yang dapat membuat kita merasa marah/kesal baik dari
hal-hal yang kecil sampai ke hal-hal yang besar sekalipun. Ketika kita merasa
marah dan kesal terhadap sesuatu mungkin beberapa dari kita melampiaskan
kemarahan itu dengan caci maki atau mungkin pukulan/kekerasan lainnya. Tapi
penting kita ketahui bahwa melampiaskan kemarahan dengan cara seperti itu sama
sekali tidak ada artinya. Itu bahkan bisa merugikan diri kita sendiri. Coba
kamu pikirkan, ketika kamu melontarkan caci maki, kamu akan melukai perasaan
orang lain, dan tentunya dari perbuatanmu itu kamu tidak akan mendapatkan
keuntungan apapun. Mungkin kamu bisa berkata, “ Saya puas bila melampiaskan
kemarahan saya , daripada semua emosi itu di tahan-tahan dalam hati.“ Tapi
apakah kamu pernah berpikir, ketika kamu melukai hati orang lain, belum tentu
orang itu akan senantiasa melupakan begitu saja, atau menganggap itu angin
lalu. Tentunya tidak semua orang yang akan berpikir seperti itu .. Bagaimana
kalau dia merasa dendam dengan apa yang kamu lakukan? Tentunya itu akan menjadi
boomerang untuk dirimu sendiri bukan? Peribahasa pernah mengatakan.” Mulutmu
adalah harimaumu.” Mulut adalah senjata manusia yang paling tajam yang bisa
melukai manusia itu sendiri apabila tidak di pergunakan dengan baik. Kata-kata
yang di lontarkan dari mulut kita sebaiknya tidak melukai perasaan orang lain,
karena suatu saat itu akan merugikan diri kita sendiri.
Lalu, ketika
merasa marah dan kesal, apa yang harus saya lakukan?? Apakah lebih baik menahan
emosi daripada melampiaskannya?
“Saya tidak
pernah melampiaskan kemarahan saya, saya selalu menahan amarah itu hingga
sewaktu-waktu itu menjadi boomerang bagi diri saya sendiri. Kesehatan saya
menjadi terganggu. Saya sering merasa pusing dan sesak napas, bahkan 2 bulan
yang lalu, saya di vonis dokter telah terkena penyakit psikosomatis, penyakit
gangguan psikologis yang berdampak pada fisik.”
Amelia, 45 tahun
Kedua hal di
atas menuturkan melampiaskan emosi dan kemarahan dengan mencaci maki ataupun
menahannya , keduanya memilki dampak yang negative bagi diri kita sendiri.
Mungkin beberapa dari kita sering merasa,” Sebenarnya saya tidak ingin
bertengkar, tetapi dia selalu mencari gara-gara dan membuat saya menjadi kesal.
Dia yang memulai pertengkaran ini.” Ketika kamu berpikir seperti itu berarti secara
tidak langsung kamu telah berhasil membuat orang lain mengontrol emosimu. Lebih
baik akuilah bahwa, “ Saya yang telah membiarkan diri saya terpancing dan
bertindak berlebihan.”. Pemikiran itu tentu lebih bertanggung jawab daripada
sekadar menyalahkan orang lain. Dengan berpikir seperti itu, tentunya kamu akan
jauh lebih bijaksana dalam bertindak dan bertingkah laku.
Ketika kamu
merasa marah kepada seseorang miasalnya karena dia mencaci maki atau berkata
kasar padamu, lalu kamu pun membalas kemarahannya itu dengan caci maki yang
tidak kalah kasarnya , dari sini kita bisa mengambil sebuah kesimpulam, apa
bedanya kamu dengan dia yang membuatmu marah??? Kalian terlihat melakukan hal
yang sama bukan?
Pada
kenyataan sebenarnya, melampiaskan ataupun menahan kemarahan bukan merupakan
cara yang efektif. Lalu apa yang harus kita lakukan bila suatu saat ada
seseorang yang membuat kita merasa kesal dan jengkel???
Pernah saya
mendengar sebua pepatah yang mengatakan, “ Ketika ada masalah orang bijaksana
akan selalu menghindar, tetapi orang bodoh akan terus berjalan dan akhirnya dia
tertimpa malapetaka. Ya.. jika kamu berada di sebuah situasi yang seperti itu,
menghindar akan menjadi cara yang paling efektif agar kamu tidak terpancing
dengan emosi dan kemarahan.. Menghindar akan jauh lebih baik daripada
membiarkan dirimu terpancing dalam keadaan yang dapat membuat kamu merasa kesal
atau marah.
“Ketika saya
merasa amat kesal dengan seseorang, saya akan memilih untuk meninggalkan orang
itu dan berjalan ke taman menghirup udara yang segar sambil melihat bunga-bunga
di taman yang begitu indahnya, denga begitu saya akan merasa lebih tenang.”
Kartika, 17 Tahun
“Saya akan
menulis dan mencurahkan semua kekesalan saya pada sebuah blog pribadi, entah
bagaimana ceritanya setiap kali sehabis saya curhat dan menumpahkan semuanya
itu ke dalam blog, perasaan kesal yang saya rasakan akan sedikit berkurang.”
Ratna, 21 Tahun
“Biasanya
saya akan menceritakan kekesalan itu kepada Ayah, Ibu atau pacar saya. Meskipun
mereka biasanya hanya mendengarkan saja tanpa memberi saran, tapi dengan begitu
saya merasa benar-benar plong. Saya merasa kekesalan itu akan sedikit
berkurang.” Chika, 21 Tahun
“Ketika saya
benar-benar kesal, biasanya saya akan bermain basket dan meluapkan segala
kekesalan saya dengan bermain basket. Alhasil perasaan saya menjadi sedikit
lebih lega.” Ramli, 19 tahun
Beberapa
cara yang di lakukan di atas merupakan cara-cara yang tentunya bisa kita
lakukan agar dapat mengendalikan emosi. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk
mengendalikan emosi yang memuncak. Tentunya cara yang positif dan tidak
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Perlu kita tanamkan dalam diri kita
masing-masing,” Aku adalah pengendali emosiku dan tidak ada seorang atau apapun
yang berhak untuk mengendalikannya.”
Jika itu tertanam dalam diri kita masing-masing, pasti kita akan lebih
mudah untuk mengendalikan emosi dan tidak terpancing atau terpengaruh terhadap
lingkungan di sekitar kita. Kita juga akan lebih bijaksana dalam bertindak dan
bertingkah laku di kehidupan.






0 komentar:
Posting Komentar