Buku dan Budaya Baca
Karakteristik buku banyak memberikan kemudahan dalam
membacanya. Mulai dari penulisannya, editing, cetak, dan kemudian
distribusinya, proses pembuatan sebuah buku memang memakan waktu lama, jauh
lebih lama daripada media lainnya. Selain itu buku-buku tidak bisa begitu saja
digabungkan, diubah, ditambah dan dipisah-pisahkan semudah sistem elektronik.
Meski demikian buku dikenal memang karena sifatnya yang relatif lebih bertahan
dan lebih mudah dibawa (portable). Teks dalam buku-buku lebih
stabil-dan dapat
dibaca berulang-ulang. Sampai saat ini buku masih tetap dianggap sebagai media
yang paling berwibawa, meskipun bukan yang paling pervasif. Peran buku masih
tetap kuat karena posisi sentralnya dalam sistem pendidikan. Budaya membaca sebagai
kegiatan yang berkait erat dengan buku masih akan berlanjut dan menjadi aspek
terpenting dalam pendidikan. Selain itu, membaca merupakan salah satu kunci
(selain menulis) dari melek huruf, membaca Francis Bacon bilang “menciptakan
manusia yang lengkap.”
Apakah ada alasan lain mengapa buku sedemikian kuat dan
solid dalam perannya sebagai media yang sulit tergantikan? Sejarah dunia
perbukuan sendiri dimulai sudah sangat lama, bahkan lama sebelum Johann
Gutenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama di pertengahan abad 15.
Kedudukan buku menjadi hampir tak tergoyahkan juga karena hubungannya yang
kompleks dengan agama-agama. Sulit kita bayangkan ajaran suatu agama bisa
mencapai pemeluknya tanpa adanya kitab dalam bentuk buku. Tak heran jika buku
mendapatkan “kehormatan”nya yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi ajaran
agama. Oleh karena yang sama, buku selanjutnya sering dianggap sebagai sumber
kebenaran.Anggapan ini secara sadar atau tidak berkembang ditujukan juga untuk
buku-buku di luar bidang keagamaan. Dari sinilah buku memperoleh kesannya yang
positif.
Sebenarnya kesan ini bukan sekadar ilusi. Sejarah
mencatat seperti terdokumentasikan dalam buku Books That Changed The World
bagaimana buku-buku hebat seperti karya Albert Enstein, Special Theory of
Relativity, mengubah pandangan kita tentang ruang dan waktu, zat dan energi.
Implikasi dari buku bersangkutan telah menjungkirbalikkan anggapan lama dan
menunjukkan arah baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagaimana dengan definisi cinta yang dikemukakan Socrates dalam Symposium-nya
Plato? Sedikit banyak pandangan filsuf Yunani tersebut telah membentuk
dasar-dasar opini kita saat ini tentang cinta yang universal.
Belum lagi jutaan dan jutaan buku agama atau kitab suci,
dari masa ke masa, yang telah menjadi pegangan manusia dalam menjalani
hidupnya. Tak bisa dipungkiri, kitab-kitab ini telah membentuk cara pandang
manusia terhadap kehidupannya, memantapkannya dengan jalan yang telah
ditempuhnya, mengubah apa yang telah diyakininya, menjadikannya kian tabah dan
yakin atas perjuangannya, dan seterusnya. Semuanya itu memiliki implikasi yang
tidak kecil dan bahkan mampu mengubah sejarah satu bangsa dan dunia. Singkat
kata, buku mempunyai peran yang tidak kecil dalam mendorong perkembangan
sosial, budaya, teknologi, politik dan ekonomi. Namun, buku-buku saja tanpa
adanya kegiatan membaca yang bermutu tak akan ada manfaatnya.
Pustaka
Aku cinta buku: menumbuhkan minat baca pada anak Oleh
Joko D. Muktiono
0 komentar:
Posting Komentar