Rabu, 28 Maret 2012

Bentuk Bentuk Diferensiasi Sosial




Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial


Kita dapat membagi masyarakat ke dalam enam kriteria, yakni ras, suku bangsa, klan, agama, profesi, dan jenis kelamin.

Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Apabila kita menyebut satu kelompok ras tertentu, maka ciri yang kita kemukakan adalah ciri fisiknya, bukan ciri budayanya. Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam tiga kelompok ras utama berikut:
1. Ras Mongoloid (berkulit kuning dan cokelat).
2. Ras Negroid (bekulit hitam).
3. Ras Kaukasoid (berkulit putih).


Menurut Ralph Linton, manusia di dunia dibagi menjadi tiga kelompok ras besar, yakni ras Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Di luar ras pokok ini, terdapat ras khusus, seperti Austroloid, Veddoid, Polynesia, dan Ainu.
1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, dan Vietnam) dan subras Melayu. Subras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
2. Ras Kaukasoid memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coldat kehitam-hitaman, dan kelopak mata huts. Ras ini terdiri dari lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
3. Ras Negroid memiliki ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.

A.L. Kroeber membuat klasifikasi manusia berdasarkan ras sebagai berikut:
1. Ras Austroloid mencakup penduduk ash Australia (Aborigin)

2. Ras Mongoloid mencakup:
a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur),
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan),
c. American Mongoloid (penduduk asli Amerika).

3. Ras Kaukasoid mencakup:
a. Nordic (Eropa Utara, sekitar laut Baltik),
b. Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur),
c. Mediteranian (sekitar laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran),
d. Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka).

4. Ras Negroid mencakup:
a. African Negroid (Benua Afrika),
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya, yang dikenal dengan orang Semang, Filipina),
c. Melanesian (Irian, Melanesia).

B. Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok), yaitu:
a. Bushman (Gurun Kalahari-Afrika Selatan),
b. Veddoid (Pedalaman Sri Lanka, dan Sulawesi Selatan),
c. Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia),
d. Ainu (di pulau Karafuto dan Hokaido, Jepang).

Setiap ras memiliki karakteristik berbeda. Namun demikian, perbedaan fisik manusia sangatlah sedikit (dibandingkan dengan makhluk lain seperti hewan). Kebanyakan ilmuwan dewasa ini berpendapat bahwa semua ras termasuk dalam satu rumpun yang merupakan basil dari proses evolusi. Misalnya, perkembangan manusia purba, seperti Pithecantropus Erectus yang memiliki ciri fisik yang berbeda dari manusia sekarang.

Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut:
1. Kondisi geografis dan iklim
Orang yang hidup di daerah dingin akan memiliki hidung yang bentuknya lebih panjang dan menonjol. Bentuk seperti ini akan sangat membantu mereka untuk memanaskan dan melembabkan udara sebelum masuk ke paru-paru. Sedangkan, orang yang hidup di daerah tropis cenderung memiliki hidung yang lebih lebar.

2. Faktor makanan
Perbedaan jenis makanan akan menimbulkan variasi-variasi sosok tubuh. Orang yang sosok tubuh besar cenderung dapat dijumpai pada daerah yang berhawa dingin, seperti pada daerah bumi belahan utara. Sebaliknya, orang-orang daerah tropis cenderung bertubuh kecil dan pendek.

3. Faktor perkawinan (Amalgamasi)
Pada saat ini sangatlah tidak mudah untuk menentukan bahwa ras yang sama memiliki ciri fisik yang sama. Hal ini disebabkan mobilitas masyarakat yang demikian besar. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pembauran atau perkawinan campur (amalgamasi). Misalnya, ras Kaukasosid yang kawin dengan ras Negroid cenderung memiliki anak dengan warna kulit putih atau warna gelap.

Dalam masyarakat kita, hasil amalgamasi sering juga disebut dengan istilah indo. Di Amerika Selatan dan Tengah hasil amalgasi antara ras Kaukasoid dan suku American Mongoloid dikenal dengan sebutan Mestizo. Misalnya, orang India-Asia memiliki tipologi fisik ras Mongoloid, namun bentuk wajahnya ras Kaukasoid. Demikian juga orang Ainu yang mendiami Jepang bagian utara. Bentuk wajahnya Mongoloid namun kulit dan rambutnya khas ras Kaukasoid.

Pada saat ini amalgamasi banyak terjadi di masyarakat sehingga sulit untuk menemukan adanya suatu kelompok yang memiliki ras yang “asli”. Contohnya, penduduk Hawaii selain dihuni oleh penduduk asli, juga banyak dihuni oleh pendatang, baik orang Kaukasoid (kulit putih), orang Amerika, maupun orang Asia. Tidak jarang ras-ras ini sating berbaur (kawin) sehingga terjadi begitu banyak variasi ras. Amalgamasi bukan hanya terjadi antarras tetapi juga antaretnis. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Di Indonesia terjadi perkawinan antaretnis, seperti orang Minang dengan orang Jawa.

Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Suku bangsa merupakan basil proses dari sistem kekerabatan yang lebih luas. Masyarakat dalam sistem kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan berasal dari nenek moyang yang sama.

Jumlah suku di Indonesia saat ini sulit diperkirakan. Tiap peneliti memiliki perbedaan pandangan dan jumlah data tentang jumlah suku bangsa di Indonesia. Menurut C. Van Vollen Houven, jumlah suku bangsa di Indonesia adalah 316 buah, sedangkan menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat sekitar 119 buah.

Suku bangsa di Indonesia, secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Di Pulau Sumatera ada suku bangsa Aceh, Gayo, Batak, Mandailing, Medan, Padang, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, Enggano, Mentawai, dan Nias.
2. Di Pulau Jawa ada suku bangsa Sunda, Jawa, Tengger, Madura, Bawean, Tambur, Banten, dan Betawi.
3. Di Pulau Kalimantan ada suku bangsa Dayak, Bulungin, dan Banjar.
4. Di Pulau Sulawesi ada suku bangsa Bugis, Makassar, Luwu, Mandar, To Seko, Banjau, Sangir, Toraja, Toli-Toli, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Gorontalo.
5. Di kepulauan Nusa Tenggara ada suku bangsa Bali, Bima, Sasak, Lombok, Manggarai, Ngada, Ende Lio, Dompu, Timor, dan Rote.
6. Di kepulauan Maluku dan Pulau Papua ada suku bangsa Ternate, Tidore, Dani, Waigeo, Biak, Yapen, dan Asmat.

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut keanekaragaman budayanya. Hal ini meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa, dan keseniannya. Namun, tidak ada perbedaan fisik yang begitu besar antara suku-suku bangsa di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh kesamaan ras, akibat proses amalgamasi (kawin campur), dan migrasi penduduk.

Meskipun suku-suku bangsa ini tinggal di tempat yang berjauhan dan memiliki banyak perbedaan, mereka memiliki dasar-dasar persamaan berikut.
1. Dasar kehidupan sosial yang sama berdasarkan asas kekerabatan (kekeluargaan).
2. Asas-asas yang sama dalam hak alas tanah (hak kepemilikan tanah).
3. Asas-asas persamaan dalam hukum adat.
4. Santa-sama memiliki suatu bentuk perserikatan dan bentuk hubungan yang tidak dibuat tetapi terjadi, yaitu lembaga adat¬istiadat penduduk asli.

Diferensiasi Klan
Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended family). Klan merupakan kesatuan genealogis (kesatuan keturunan), religio magis (kesatuan kepercayaan), dan tradisi (kesatuan adat).

Klan bersifat religio magis. Sifat religio magis pada klan tercermin dalam pandangan mereka terhadap kesakralan hubungan kekeluargaan klan. Hubungan sakral tersebut ditandai dengan loyalitas mereka terhadap tradisi leluhur. Misalnya, pada masyarakat Batak, apabila ada peristiwa kelahiran, perkawinan atau kematian, senora anggota semarga (klan) mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan upacara adatnya. Untuk itu, biasanya diadakan pertemuan anggota klan. Keputusan-keputusan diambil berdasarkan pada persetujuan anggota klan. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antaranggota klan.
Klan juga merupakan kesatuan genealogis. Kesatuan genealogis adalah kesatuan ikatan darah atau keturunan yang sama, yakni dari garis keturunan ayah (patrilineal) atau garis keturunan ibu (matrilineal). Pada masyarakat Batak, misalnya, klan didasarkan pada garis keturunan ayah yang disebut marga. Pada masyarakat Minangkabau, klan didasarkan garis keturunan ibu yang disebut paruik.

Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klan utama, yakni klan atas dasar garis keturunan ibu dan klan atas dasar garis keturunan ayah.
1. Klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal), terdapat antara lain pada masyarakat Minangkabau. Klannya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klan di Minangkabau, misalnya, Chaniago, Piliang, Koto, Sikumbang, Melayu, Dalimo, Kampai, dan Solo. Masyarakat Ngada di Flores juga menganut sistem seperti ini.
2. Klan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Batak dengan sebutan marga. Marga Batak Karo antara lain adalah Ginting, Sembiring, Tarigan, Parangin-angin, Singarimbun, Barus, dan Tambun. Batak Toba antara lain adalah Siregar, Simatupang, dan Nababan. Batak Mandailing antara lain adalah Nasution, Batubara, Harahap, Rangkuti, dan Daulay.

Pada masyarakat Minahasa klan disebut Farm seperti Mandagi, Lasut, Tombokan, Paat, Pangkerego, dan Supit. Pada masyarakat Ambon, klan juga disebut jam seperti Pattinasarani, Latuconsina, Latul, dan Manuhut. Pada masyarakat Flores, klan juga disebut fam, seperti Fernandez, Wangge, Pareira, Leimena, De Rosari, Da Costa, dan Kleden.

Diferensiasi Agama
Manusia pada prinsipnya adalah makhluk yang memiliki rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggap lebih hebat dari dirinya. Adanya petir yang dahsyat, ban*, dan gunung meletus yang menakutkan membuat manusia percaya tentang adanya kekuatan di luar dirinya (supranatural) yang bersifat gaib. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya itu, manusia kemudian memiliki kepercayaan atau agama yang berbeda-beda. Keyakinan ini berkaitan dengan pengalaman hidupnya. Atas dasar itu, kita sangat sulit menyatakan bahwa kepercayaan atau agama lebih baik dari kepercayaan atau agama yang lain.

Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha. Di samping itu, berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Kong Hu Chu, dan aliran kepercayaan Kaharingan. Dalam perkembangannya, agama mempengaruhi masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga mempengaruhi agama sehingga terjadi sebuah interaksi yang dinamis.

Diferensiasi Jenis Kelamin

Walaupun tidak tepat diklasifikasikan atas dasar tingkatan (laki-laki berada pada lapisan atas dan perempuan pada lapisan bawah), pada masyarakat tertentu, perbedaan jenis kelamin juga menentukan tingkatannya. Misalnya pada masyarakat patrilineal, laki-laki umumnya menduduki posisi lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini biasanya berkaitan dengan hak dan kekuasaan. Pada masyarakat Manggarai (Flores), misalnya, pembagian tanah warisan hanya diperuntukkan bagi anak laki-laki. Karena itu, anak laki-laki sering disebut sebagai ata one (orang dalam). Sementara, anak perempuan dianggap sebagai ata peang (orang luar) yang hams mengikuti suaminya. Demikian halnya dalam aspek kekuasaan. Pada masyarakat Manggarai, jabatan kepala adat atau tua golo hanya bisa ditempati oleh kaum laki-laki.

Diferensiasi Profesi
Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi dalam kehidupan sehari-hari sering disebut dengan pekerjaan. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya, profesi petani memerlukan ketrampilan khusus, seperti membajak dan memilih bibit yang unggul.

Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi sebagai guru, dokter, pedagang, tentara, pegawai negeri, buruh, dan sebagainya. Jenis profesi pada masyarakat pedesaan tentu tidak sekompleks atau sebanyak jenis pekerjaan pada masyarakat perkotaan. Hal ini tentu berkaitan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Contohnya, pada masyarakat perkotaan dikenal adanya profesi pramusiwi (baby sitter sebagai konsekuensi seorang istri yang bekerja. Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang tentara akan berbeda dengan seorang guru ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.

Pustaka
SOSIOLOGI : - Jilid 2 Oleh Kun Maryati


  • Ramalan Hari Ini
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More