Absorpsi
Obat: Sublingual dan Per oral
Absorpsi
Obat Melalui Saluran Cerna
Sublingual:
absorpsi obat langsung melalui rongga mulut kadang-kadang diperlukan bilamana
respons yang cepat sangat diperlukan, terutama bila obat tersebut tidak stabil
pada keadaan pH ‘ambling atau dimetabolisme hati secara cepat. Contoh obat yang
diberikan secara sublingual adalah gliseril trinitrat yang diberikan untuk
mengatasi serangan angina pektoris. Obat tersebut diabsorpsi langsung dari
rongga mulut masuk ke sirkulasi umum tanpa melalui sistem portal hati sehingga
menghindari first-pass nietabolism. Namun sayangnya, obat-obat yang mempunyai
berat molekul yang tinggi tidak dapat diabsorpsi dengan cara sublingual.
Sebenarnya, cara ini akan sangat bermanfaat untuk pemberian insulin dan
peptida-peptida lainnya.
Per oral:
sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat (misal,
alkohol dan aspirin) dapat diserap secara cepat dari lambung, tetapi kebanyakan
obat diabsorpsi sebagian besar pada usus halus. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan terhadap absorpsi obat, baik secara in vivo maupun secara in vitro,
menunjukkan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melalui usus halus adalah
difusi pasif, kecepa tan transfer obat ini ditentukan oleh derajat ionisasi dan
kelarutan obat dalam lipid.
Basa kuat
(pKa = 10 atau lebih) dan asam kuat (pKa = 3 atau kurang) sukar diabsorpsi
karena terionisasi seluruhnya. Beberapa obat klinik juga merupakan basa kuat,
seperti tubokurarin dan guanetidin (persenyawaan amonium kuarterner).
Tubokurarin digunakan sebagai pelemas otot pada anestesia, dan selalu diberikan
secara intravena. Sebaliknya, guanetidin diberikan per oral karena walaupun
absorpsinya tidak baik, sudah cukup memberikan efek hipo-tensi yang diinginkan.
Obat-obat
antibiotika golongan aminoglikosid juga sangat sukar diabsorpsi, dan obat ini
dapat digunakan untuk mensterilkan usus untuk persiapan operasi tanpa
memberikan efek sistemik. Terdapat beberapa contoh ketika absorpsi lebih
bergantung pada transpor aktif, misalnya levodopa, yaitu obat yang dipakai
untuk pengobatan penyakit parkinson, diikat oleh pembawa yang biasanya
mentranspor fenilalanin. Demikian juga fluorourasil (obat sitotoksik),
ditranspor oleh suatu sistem yang biasanya membawa dan mentranspor pirimidin,
timin, dan urasil. Zat besi (Fe) juga diabsorpsi dengan cara berikatan dengan
suatu protein pembawa spesifik yang disebut transferin. Kalsium juga diabsorpsi
dengan sistem pembawa yang bergantung pada vitamin D.
Pustaka
Kumpulan
Kuliah Farmakologi Oleh Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI
0 komentar:
Posting Komentar