Penyakit
Batu Empedu
Hingga
dekade ke-6, 20% wanita dan 10% pria menderita batu empedu dan prevalensinya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita. Dalam
masyarakat Barat, batu yang terbanyak ditemukan adalah batu kolesterol atau
campuran kolesterol-kalsium bilirubin. Patogenesisnya tidak seluruhnya
dimengerti. namun faktor-faklor yang dapat membentuk empedu litogenik mencakup
peningkatan kandungan kolesterol, berkurangnya asam empedu dan stasis biliaris.
Pada sebagian besar kasus, batu empedu adalah asimtomatik dan hanya 10%
mengalami gejala setelah 5 tahun. Batu empedu menyebabkan 3 kelainan utama:
kolesistitis, kolik biliaris dan koledokolitiasis.
KOLESISTITIS
Impaksi batu
empedu dalam duktus sistikus merupakan penyebab tersering dari kolesistitis.
Penyebab yang lebih jarang mencakup infeksi primer misalnya Salmonella typhi
atau Ascaris lumbricoides, trauma, pembedahan, kemoterapi dan TPN.
Gambaran
klinis
Gejala:
Nyeri kuadran kanan atas, seringkali dengan penyebaran ke bahu kanan, mual,
muntah dan demam.
Tanda: Nyeri
tekan kuadran kanan alas, nyeri tekan kandung empedu yang dapat diperlihatkan
pada inspirasi (Tanda Murphy), kandung empedu biasanya tidak dapat diraba dan
ikterus pada sebagian kecil pasien.
Investigasi
• FBC biasanya memperlihatkan suatu leukositosis • Sinar-X abdomen
memperlihatkan batu radioopak pada sebagian kecil kasus dan kadang-kadang suatu
sentinel- loop atau adanya udara dalam cabang-cabang biliaris • US
memperlihatkan batu kandung empedu dan penebalan dart mukosa • Skaning
radio-isotopik (HIDA; PIPIDA) berguna dalam menemukan obstruksi dart duktus
sistikus.
Penyulit
Empiema, gangren dan perforasi kandung empedu, pankreatitis, abses perihepatik,
piemia porta dan septikemi.
Penatalaksanaan
Mula-mula suportif dengan cairan iv, analgetik dan antibiotik, misalnya
amoksisilin dan tobramisin. Kolesistektomi yang dilakukan setelah pasien stabil
merupakan pengobatan terpilih walaupun waktu dilakukannya pembedahan yaitu
kolesistektomi dini atau tertunda (interval) masih kontroversial dan bergantung
pada kondisi dan usia pasien. Kolesistektomi perkutaneus
dapat
diindikasikan pada pasien yang sakit berat.
KOLIK
BILIARIS
Keadaan ini
biasanya disebabkan oleh impaksi batu dalam duktus sistikus.
Gambaran
klinis
Gejala:
Nyeri yang menetap di epigastrium atau kuadran kanan atas yang biasanya
menghebat selama 2-3 jam sebelum mereda.
Nyeri yang
lebih dari 6 jam menyokong pada kolesistitis. Sering ditemukan mual dan muntah.
Investigasi
Diagnosis sebagian besar ditegakkan secara klinis terutama karena batu empedu
sangatlah sering terjadi. Banyak pasien dengan batu empedu dan dispepsia tidak
tertolong dengan kolesistektomi dan pada banyak pasien, rasa tidak enak di
perut disebabkan oleh IBS (sindrom fleksura hepatik) • Kenaikan transien dari
bilirubin dan fosfatase alkali menyokong diagnosis kolik biliaris • Skintigrafi
biliaris dapat memperlihatkan obstruksi duktus sistikus apabila dilakukan
sewaktu serangan.
Penatalaksanaan
Berikan analgesia hingga serangan berlalu. Morfin meningkatkan tekanan sfingter
Oddi dan harus dihindari. Kolesistektomi diindikasikan pada pasien yang kuat
menjalani pembedahan. Pada pasien yang tidak kuat atau menolak pembedahan,
dapat diberikan terapi pelarutan batu empedu dengan asam ursodeoksikolat untuk
pasien dengan batu radiolusen berdiameter kurang dari 1,5 cm dan dengan kandung
empedu yang rnasih berfungsi pada kolesistograti oral. Pelarutan komplit
terjadi kira-kira 30% pada 12 bulan.
KOLEDOKOLITIASIS
Batu duktus
koledokus paling sering berasal dari batu kandung empedu, namun dapat terbentuk
di dalam saluran empedu akibat striktur biliaris, kolangitis sklerotika primer
atau sekunder atau pada penyakit Caroli.
Gambaran
klinis Dapat asimtomatik
Gejala:
mencakup kolik biliaris, nyeri intermiten atau konstan di kuadran kanan atas,
mual dan muntah.
Tanda:
ikterus yang berfluktuasi, nyeri tekan kuadran kanan atas dan kandung empedu
yang teraba pada 15% kasus. Demam dan rigor mengindikasikan kolangitis.
Investigas!
• FBC memperlihatkan suatu leukositosis dan LFT menunjukkan kenaikan bilirubin,
fosfatase alkali dan gama GT; tidak jarang dijumpai sedikit kenaikan dari
transaminase • Sering tedadi pemanjangan PT • Sinar-X abdomen mungkin
memperlihatkan batu opak atau yang jarang, memperlihatkan udara di dalam
cabang-cabang biliaris • US dapat memperlihatkan dilatasi cabang-cabang
biliaris, namun tidak sensitif dalam mengenali batu di dalam CBD yang biasanya
memerlukan ERCP atau PTC.
Penyullt
Pankreatitis, kolangitis, septikemi, abses hepatik dan kolangitis sklerotika
sekunder atau sirosis biliaris.
Penatalaksanaan
Pertama-tama berikan analgesia, cairan iv dan antibiotik (misalnya amoksisilin
atau tobramisin). Pengangkatan batu paling baik dengan ERCP, sfingterotomi dan
ekstraksi dengan dengan keranjang atau balon Dormia. Batu yang besar dapat
dilarutkan atau dikurangi ukurannya dengan methyl-tert-butyl- ether atau
mono-octanion yang diberikan melalui suatu selang nasobitiaris. Fragmentasi
batu secara mekanik dengan litotripsi mungkin terbukti sebagai alternatif yang
berguna.
Pustaka
Diagnosis
dan Terapi Oleh Peter C. Hayes, Thomas W. Mackay
0 komentar:
Posting Komentar