Pentingnya
Asepsis
Meskipun
penyembuhan luka operasi yang baik secara positif berkorelasi dengan penanganan
jaringan yang lembut, pentingnya asepsis juga harus kembali ditekankan. Sebuah
luka operasi yang ‘diperlakukan secara kasar’ dapat menimbulkan kerusakan
banyak segmen jaringan. Namun, luka tersebut hanya sedikit terkontaminasi oleh
agen infeksi yang akhimya menjadi purulen atau bahkan terjadi septikemia yang
mengancam nyawa. Sebaliknya, resistensi alami pada jaringan yang sedikit
mengalami kerusakan sering kali dapat berhasil menangkal infeksi yang bermakna.
Bab
pendahuluan ini tidak bertujuan merinci cara untuk membersihkan tangan tim ahli
bedah. Pembaca yang ingin mengetahui rincian persiapan praoperatif ini dapat
meninjau berbagai hasil penelitian mengenai infeksi di rumah sakit. Selain itu,
pembahasan ringkasnya dapat ditemukan di buku pegangan untuk petugas kesehatan
yang berjudul “Hand Hygiene” (Gruendemann, 1992). Buku kecil ini membahas
pentingnya tangan sebagai alat untuk bekerja, untuk ekspresi kreatif, dan untuk
kontak interpersonal. Sayangnya, kontak semacam ini dapat memindahkan infeksi
dari sumber kepada klien di rumah sakit, termasuk klien yang sedang dioperasi.
Teori dan penggunaan Kahan antimikroba juga dibahas dalam booklet ini, ditambah
bonus artistik berupa gambar selusin cetakan perunggu dari selusin pasangan
tangan orang-orang terkenal, dari tokoh. artis, olahragawan, sampai ahli bedah
dan seorang perdana menteri Inggris, salah satu dari tiga wanita dalam kelompok
tersebut.
Pencucian
tangan yang cermat dan sistematik, merupakan suatu pesan dari buku ini yang
sayangnya diabaikan di berbagai tempat di rumah sakit, termasuk unit perawatan
intensif dan ruang operasi. Apapun perdebatan mengenai metode yang paling
efektif untuk membersihkan tangan, suatu kenyataan yang menyedihkan bahwa
mencuci tangan dan perhatian terhadap sawar pelindung sepertinya merupakan
aspek yang tidak diinginkan oleh pctugas rumah sakit (Cioldmann & Larson,
1992). Bagi para individu yang terlibat dalam ketiga lase keperawatan
perioperatif, pengamatan terhadap tangan mereka yang tents tercemar sehingga
dapat mengancam klien mereka merupakan hal yang sangat penting.
Aspek lain
dari antisepsis di ruang operasi adalah pemakaian masker bedah. Selama
bertahun-tahun, banyak ahli bedah mengecam pemakaian masker yang hanya menutupi
mulut, serta praktik melepas masker secara total di antara operasi. Kecaman ini
dilandasi teori bahwa droplet (percikan ludah) infektif dilontarkan oleh orang
yang tidak memakai masker ke udara ruang operasi untuk kemudian hinggap di
lapangan merit, termasuk di luka klien. Sebagian pakar juga yakin bahwa klien
yang dioperasi dengan anestesi lokal perlu menggunakan masker, karena flora
hidung dan tenggorokan mereka tidak di-anggap aman bagi luka mereka sendiri.
AORN Journal
edisi saat ini berisi artikel menarik dari seorang ahli bedah klinisi dan riset
yang berjudul, “The Surgical Mask: Another ‘Sacred Cow ‘?” (Beck, 1992). Dalam
bagian ini, kita tidak perlu membahas pro dan kontra dari kearifan konvensional
yang dapat diperkuat atau ditolak oleh penelitian yang terancang baik mengenai
subjek tersebut. Subjek yang dikutip di sini merupakan suatu introduksi untuk
bidang penelitian klinis yang sangat aktif, pengembangan pedoman atau parameter
praktik. Penggunaan pcdoman praktik bukanlah suatu konsep baru, tetapi
penekanan ulangnya sangat dipicu oleh biaya perawatan yang meningkat. Selain
itu, pedoman tersebut berguna dalam upaya membatasi biaya dengan hanya
menyediakan layanan yang “sesuai”. Ini berkaitan dengan opini yang meluas bahwa
layanan yang “tidak diperlukan” banyak dilakukan, dan penggunaan pedoman atau
“parameter” dapat menghasilkan penghematan.
0 komentar:
Posting Komentar