Rabu, 21 Maret 2012

Pentingnya Asepsis




Pentingnya Asepsis

Meskipun penyembuhan luka operasi yang baik secara positif berkorelasi dengan penanganan jaringan yang lembut, pentingnya asepsis juga harus kembali ditekankan. Sebuah luka operasi yang ‘diperlakukan secara kasar’ dapat menimbulkan kerusakan banyak segmen jaringan. Namun, luka tersebut hanya sedikit terkontaminasi oleh agen infeksi yang akhimya menjadi purulen atau bahkan terjadi septikemia yang mengancam nyawa. Sebaliknya, resistensi alami pada jaringan yang sedikit mengalami kerusakan sering kali dapat berhasil menangkal infeksi yang bermakna.

Bab pendahuluan ini tidak bertujuan merinci cara untuk membersihkan tangan tim ahli bedah. Pembaca yang ingin mengetahui rincian persiapan praoperatif ini dapat meninjau berbagai hasil penelitian mengenai infeksi di rumah sakit. Selain itu, pembahasan ringkasnya dapat ditemukan di buku pegangan untuk petugas kesehatan yang berjudul “Hand Hygiene” (Gruendemann, 1992). Buku kecil ini membahas pentingnya tangan sebagai alat untuk bekerja, untuk ekspresi kreatif, dan untuk kontak interpersonal. Sayangnya, kontak semacam ini dapat memindahkan infeksi dari sumber kepada klien di rumah sakit, termasuk klien yang sedang dioperasi. Teori dan penggunaan Kahan antimikroba juga dibahas dalam booklet ini, ditambah bonus artistik berupa gambar selusin cetakan perunggu dari selusin pasangan tangan orang-orang terkenal, dari tokoh. artis, olahragawan, sampai ahli bedah dan seorang perdana menteri Inggris, salah satu dari tiga wanita dalam kelompok tersebut.



Pencucian tangan yang cermat dan sistematik, merupakan suatu pesan dari buku ini yang sayangnya diabaikan di berbagai tempat di rumah sakit, termasuk unit perawatan intensif dan ruang operasi. Apapun perdebatan mengenai metode yang paling efektif untuk membersihkan tangan, suatu kenyataan yang menyedihkan bahwa mencuci tangan dan perhatian terhadap sawar pelindung sepertinya merupakan aspek yang tidak diinginkan oleh pctugas rumah sakit (Cioldmann & Larson, 1992). Bagi para individu yang terlibat dalam ketiga lase keperawatan perioperatif, pengamatan terhadap tangan mereka yang tents tercemar sehingga dapat mengancam klien mereka merupakan hal yang sangat penting.



Aspek lain dari antisepsis di ruang operasi adalah pemakaian masker bedah. Selama bertahun-tahun, banyak ahli bedah mengecam pemakaian masker yang hanya menutupi mulut, serta praktik melepas masker secara total di antara operasi. Kecaman ini dilandasi teori bahwa droplet (percikan ludah) infektif dilontarkan oleh orang yang tidak memakai masker ke udara ruang operasi untuk kemudian hinggap di lapangan merit, termasuk di luka klien. Sebagian pakar juga yakin bahwa klien yang dioperasi dengan anestesi lokal perlu menggunakan masker, karena flora hidung dan tenggorokan mereka tidak di-anggap aman bagi luka mereka sendiri.



AORN Journal edisi saat ini berisi artikel menarik dari seorang ahli bedah klinisi dan riset yang berjudul, “The Surgical Mask: Another ‘Sacred Cow ‘?” (Beck, 1992). Dalam bagian ini, kita tidak perlu membahas pro dan kontra dari kearifan konvensional yang dapat diperkuat atau ditolak oleh penelitian yang terancang baik mengenai subjek tersebut. Subjek yang dikutip di sini merupakan suatu introduksi untuk bidang penelitian klinis yang sangat aktif, pengembangan pedoman atau parameter praktik. Penggunaan pcdoman praktik bukanlah suatu konsep baru, tetapi penekanan ulangnya sangat dipicu oleh biaya perawatan yang meningkat. Selain itu, pedoman tersebut berguna dalam upaya membatasi biaya dengan hanya menyediakan layanan yang “sesuai”. Ini berkaitan dengan opini yang meluas bahwa layanan yang “tidak diperlukan” banyak dilakukan, dan penggunaan pedoman atau “parameter” dapat menghasilkan penghematan.


  • Ramalan Hari Ini
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More