Faktor-Faktor
yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap proses belajar:
1. Faktor-Faktor Internal Belajar
Untuk bertindak belajar
siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
1. Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak
atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap
siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang
salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar.
Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini
akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan
menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap
belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
2. Motivasi
Belajar
Tidak diragukan bahwa
dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa
untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan
keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa
keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus
menerus.
Motivasi belajar merupakan
kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi
atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya
mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri
siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat
meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila
siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun
siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut
ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
3.
Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk
memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar
dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang
guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan
perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika
awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan berbagai masalah.
Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai
strategi.
Menurut seorang ilmuan
ahli psikologis,
kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan.
Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat
ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu
membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka
perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4.
Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar
merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai
dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai
kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik
jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa
benar-benar memahami materi yang telah disampaikan. Siswa akan mengolah bahan
belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga
seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
5.
Menyimpan
Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil
belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek
maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses
pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya
hasil belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang akan mudah
dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali
bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau
tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama
disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
6.
Menggali
Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam
hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil
atau membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya
sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan
dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat
penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jika siswa tidak berlatih
sungguh-sungguh maka siswa tidak akan memiliki keterampilan (intelektual,
sosial, moral, dan jasmani) dengan baik.
7.
Kemampuan
Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau
unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa
membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia
telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar.
Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak
mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan,
serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
8.
Rasa
Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul
dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan,
rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam
proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering
siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan
meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya.
9.
Intelegensi
Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan
suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar
atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil
belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau
kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu
rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu
pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar di bidang keterampilan.
10.
Kebiasaan
Belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam berlatih dan menguasai
materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan
belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin,
bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian
kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar
bagi diri sendiri.
11.
Cita-Cita
Siswa
Cita-cita sebagai motivasi
intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak
mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu
termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa
diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses
belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program
pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa
pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari
segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Guru
Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang
mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,
tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar
siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang
studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi
pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga
menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai
manusia.
Dengan penghasilan yang
diterimanya setiap bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang
pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat
tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia
bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi
masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan
keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
2.
Prasarana
Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran
meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan
kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana
dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik.
Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran
sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
3.
Kebijakan
Penilaian
Kegiatan penilaian
merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk
kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses
belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar
merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku
aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak
tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran
guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapay
dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara.
Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan
mengajar ulang bagi guru.
4.
Lingkungan
Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam
lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja
berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
5.
Kurikulum
Sekolah
Kurikulum yang
diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah,
atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan
masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan
baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi
itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah
seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah,
kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
0 komentar:
Posting Komentar