Memahami kelemahan pribadi. Introspeksi diri diawali dengan sikap
rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau
kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena
selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena
hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan.
Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi.
Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi
hal-hal yang fatal.
Agenda introspeksi. Kapan dan apa saja dalam
diri kita yang perlu dievaluasi? Pertama, sebelum melakukan sesuatu. Ada
pepatah mengatakan bahwa orang yang mau membangun menara pasti akan
memperhitungkan anggaran biayanya. Introspeksi dalam hal langkah awal
yang harus dilakukan, bagaimana rencana dan kesanggupan atau
sumber-sumber yang kita miliki. Kedua, ketika sedang melakukan sesuatu.
Introspeksi diperlukan untuk mencegah agar tidak terlanjur lebih jauh
lagi jika ternyata ada kekeliruan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
metode dan cara, asumsi dan pandangan, pengetahuan dan keahlian yang
digunakan. Proses antisipasi titik kritis dan langkahlangkah perbaikan
jika diperlukan. Ketiga, setelah melakukan sesuatu. Pengalaman selalu
merupakan guru yang terbaik. Introspeksi diri berguna untuk tindakan
perbaikan atau recovery jika terjadi kekeliruan. Atau menjadi
pembelajaran agar kelak kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
Proses menuju pribadi yang lebih baik. Introspeksi diri bukan berarti
bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Tetapi bentuk
kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang
yang sulit melakukan introspeksi diri cenderung bersikap
kekanak-kanakan. Karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari
keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar