Berikut akan di jelaskan beberapa teori
Teori Penuaan
Aldbat Genetis
Teori Mutasi
Mutasi adalah
perubahan permanen pada materi genetis suatu sel. Konsep mutasi dapat dipakai
dalam pembahasan penuaan melalui tiga pendekatan:
-
diperkirakan selama penuaan terjadi mutasi dalam sel tubuh (somatis),
- teori
evolusi penuaan memperkirakan bahwa akumulasi mutasi telah terjadi setiap kali
pergantian generasi, dan
- dengan
identifikasi mutasi, transformasi, atau seleksi akan didapat gen yang berperan
dalam mengatur panjang usia hewan.
1. Teori
Kerusakan dan Perbaikan DNA
Pada
dasarnya, teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori mutasi
somatis. Kenyataannya, memang DNA organisme multiseluler secara terus-menerus
mengalami kerusakan dan perbaikan. Kemampuan mengatasi kerusakan DNA ini
mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan efisiensi
enzim yang memperbaiki kerusakan DNA tidak mencapai 100%. Akibatnya, dengan
berjalannya waktu, akan terakumulasi sel-sel yang mutan.
2 Teori
Mutasi Somatis
Teori ini
merupakan teori pertama yang menerangkan tentang penuaan pada tingkatan DNA.
Pada tahun 1959, Szilard mengusulkan “mutasi somatis” sebagai teori penuaan.
Menurut teori ini, mutasi terjadi secara acak dan spontan yang meng-akibatkan
rusaknya gen dan kromosom pada sel pascamitosis selama rentang hidup organisme
dan secara berangsur-angsur meningkatkan jumlah mutasi. Meningkatnya mutasi dan
hilangnya gen fungsional akan menurunkan produksi protein fungsional. Kematian
sel terjadi ketika mutasi dalam sel meningkat melebihi batas toleransi.
Berkurangnya sel-sel pascamitosis akan menyebabkan kemampuan keseluruhan dari
organisme juga menurun.
3. Teori
Sindroma Progenia
Progenia
(Hutchinson-Gilford Syndrome) adalah sindrom pada manusia yang memperlihatkan
kemunculan gejala penuaan dini. Biasanya mulai muncul setelah melewati tahun
pertama atau kedua dan penderita akan mati pada dekade kedua dari kehidupannya
akibat gagal jantung atau stroke. Beberapa jenis progenia ini antara lain:
Werner syndrome, Ataxia telongiectasia (AT), Xeroderma pigmentosum (XP), dan
Cochoyne syndrome. Semuanya terkait pada ketidakstabilan genom. Penuaan yang
normal bisa jadi mirip dengan mekanisme sindrom progeria yaitu akibat
ketidakstabilan genom (Fleming, 1996).
4. Teori
Mitokondria
Fungsi
mitokondria adalah untuk mensintesis energi (ATP, ADP, dan lain-lain) melalui
fosforilasi oksidatif yang energinya diperoleh dan transport elektron. Untuk
menjalankan tugas ini, diperlukan sistem genetis mitokondria. Sayangnya,
transfer elektron yang tidak tepat akan mengakibatkan munculnya radikal bebas
(oksidan) yang dapat mengakibatkan kerusakan dan mutasi genetis mitokondria.
Akumulasi kerusakan DNA somatis mitokondria akhirnya menghancurkan diri
sendiri, dengan hancurnya mesin energi, maka organisme pun ikut.
5. Teori
Kesalahan
Teori ini
dikemukakan pertama kali oleh Orgel pada tahun 1963. Prototip teori ini berasal
dari error catastrophe. Berdasarkan teori mutasi, diprediksi akan terjadi
kerusakan permanen pada DNA dan error catastrophe memperkirakan hal tersebut
terjadi sebagai akumulasi kesalahan katalitis ketika dilakukan biosintesis
protein atau asam nukleat. Berkurangnya ketepatan sintesis protein akan
terakumulasi dan mengakibatkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan sintesis protein
inilah yang menimbulkan penuaan.
6. Teori Kromosom
Abnormal
Kromosom
adalah bangun seperti benang yang tercat kuat pada proses pewarnaan dan
terdapat dalam inti sel. Kromosom tersusun oleh DNA dan protein yang merupakan
pembawa informasi genetis (Emeny, 1985). Semakin tua usia organisme, semakin
meningkat jumlah kromosom yang abnormal atau menyimpang. Hal ini terjadi karena
setiap kali kromosom melakukan penggandaan inti (replikasi) maka akan terjadi
kerusakan. Menumpuknya kerusakan-kerusakan akibat replikasi, fragmen asentrik,
transkripsi, dan inversi akan menyebabkan banyak sel yang rusak dan mati.
7.Teori
Redundansi
Medvedev
mengemukakan bahwa penuaan adalah diakibatkan oleh hilangnya kekhasan dan
ketidakberulangan informasi genetis dari genom. Ketika pengulangan suatu gen,
bagian terbesarnya akan tersembunyi. Hal ini menyebabkan proses penuaan. Dalam
masa hidupnya, sebuah sel hanya menggunakan 2-5% saja dari informasi
genetisnya, dan gen yang terdapat dalam molekul DNA terdapat dalam keadaan
berulang-ulang yang pada umumnya dalam keadaan nonaktif. jika gen aktif
mengalami kerusakan, gen cadangan yang nonaktif akan menggantikannya. Diyakini
bahwa perbedaan rentang kehidupan tiap-tiap spesies merupakan fungsi dari
derajat pengulangan yang teratur.
8.Teori
Telomer
Sel-sel
somatis eukariotik, normalnya pada kondisi in vitro hanya dapat membelah dalam
jumlah terbatas. Fenomena ini dikenal dengan istilah “Hayflick Limit”.
Peristiwa ini digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada tingkat seluler
dan digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada eukariotik tingkat tinggi.
Penuaan pada tingkat seluler dikaitkan pada hilangnya Telomer DNA selama
replikasi sel-sel somatis dan ini dianggap sebagai jam biologis dalam proses
penuaan sel. Telomer adalah elemenlisik pada ujung kromosom eukariotik dan
berperan sebagai penjaga kestabilan genetis. Telomer ini ibarat ikatan plastik
pada ujung tali sepatu yang berfungsi menjaga tali sepatu agar tidak
tercerai-berai. Dengan berulang-ulangnya replikasi, telomer menjadi pendek dan
akhirnya menghentikan proses pembelahan sel. Pada sel-sel kanker, telomer tidak
pernah memendek dan merupakan penyebab sel kanker bersifat immortal.
9.Teori
Program Genetis Penuaan
Teori ini
menjelaskan bahwa penuaan merupakan peristiwa yang telah terprogram sejak
organisme mulai tumbuh. Program penuaan tersebut berasal dari gen atau berada
dalam gen. Gen inilah yang menentukan kapan, di mana, dan bagaimana penuaan itu
berlangsung.
10.Teori Soma
yang Dapat Dibuang
Fungsi sel
somatis atau soma (tubuh) setiap organisme menjadi wahana untuk perkembangan
embrio guna berlangsungnya reproduksi. Proses ini berlangsung melalui
penyediaan nutrisi untuk tubuh pada kisaran terlalu sedikit atau terlalu
banyak. Pasokan nutrisi yang terlalu sedikit akan berakibat organisme tidak
memiliki waktu yang cukup untuk mencapai terjadinya reproduksi. Terlalu banyak
nutrisi yang tersedia untuk tubuh akan mengurangi persediaan nutrisi untuk
perkembangan embrio yang berakibat potensi reproduksi menjadi rendah. Tekanan
yang berat dalam penyediaan nutrisi untuk tubuh akan memicu penuaan dan
kematian.
11. Teori
Regulasi Gen
Menurut teori
ini, penuaan terkait dengan fase-fase kehidupan suatu organisme dan
dikendalikan oleh mekanisme pengaturan (regulasi) gen-gen: mulai dari
tumbuh-kembang, reproduksi, dan akhirnya menua. Pergantian fase-fase tersebut
diatur oleh perubahan berbagai enzim, hormon, dan protein. Kanungo (1994)
mengusulkan teori ini untuk menjelaskan adanya dua karakter utama penuaan:
(1)
merosotnya kemampuan fungsional terjadi setelah fase reproduksi, dan
(2)
rentang hidup dalam satu spesies relatif tetap pada setiap individunya.
12. Teori
Disdeferensiasi Sel
Teori ini
dikemukakan oleh Cutler pada tahun 1985. Menurut teori ini, penuaan diakibatkan
oleh bergesernya sel-sel dari tempat yang seharusnya setelah melalui proses
diferensiasi. Semakin tua organisme, sel-sel semakin jauh bergeser dari tempat
seharusnya. Akibatnya, seluruh fungsi organisme terus menurun dan makin menurun
dengan bertambahnya usia.
0 komentar:
Posting Komentar