Sejarah Kota Surabaya
Surabaya, siapa yang tidak kenal dengan kota berjulukan
Kota Pahlawan ini. Surabaya memiliki beragam keunikan yang dapat segera menarik
bagi siapa saja. Selain sebagai kota
sejarah, Surabaya juga dikenal sebagai
metropolitan kedua setelah Jakarta. Maka kehidupan tradisional daerah dan
modernitas, terlihat nyata di kota ini, membentuk kebudayaan yang unik dan
tentu saja menarik. Selain itu, kota yang telah berdiri sejak kurang lebih
tahun 1200 ini, termasuk dalam deretan kota tertua di Indonesia. Bagaimana sih
sejarah terbentuknya kota Surabaya? Yuk kita cari tahu bersama;
Periode Majapahit-Hindu (1300)
Ini periode awal pembentukan Surabaya, karena menurut
berbagai literatur, salah satunya
hipotesis Von Faber, Surabaya sudah berdiri tahun 1275 M oleh Raja
Kertanegara. Pendirian kota ini, dimaksudkan sebagai tempat pemukiman baru bagi
prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan. Di Awal berdirinya, Surabaya bernama Ujung Galuh.
Setelah pasukan Raden Wijaya berhasil menghancurkan dan
mengusit pasukan Tar-tar dari kaisar Mongolia, pada 31 Mei 1293 maka
ditetapkanlah sebagai hari berdirinya Ujung Galuh. Yang dalam prasasti Trowulan I, 1358 M
bernama Churabhaya (Surabaya) wilayahnya
masih berupa desa ditepian sungai Brantas (salah satu tempat penyeberangan
penting sepanjang sungai Brantas)
Lepas dari Majapahit, dari tahun 1483-1542 Surabaya
menjadi bagian dari wilayah kerajaan
Demak. Namun sesudahnya, kurang lebih 30 tahun Surabaya ada di bawah kekuasaan
Madura. berlanjut antara 1570 sampai 1587 Surabaya ada di bawah penguasaan
dinasti Pajang.
Periode Islam (1600)
Perdagangan rempah-rempah mulai ramai di Surabaya, antara
tahun 1612, banyak pedagang Portugis yang bertransaksi rempah dengan pedagang
pribumi. Setelah tahun 1625 Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram. Namun
tahun 1967 Surabaya mengalami kekacauan akibat serangan para bajak laut yang
berasal dari Makasar . Dan hadirlah Trunojoyo, seorang pangeran dari Mataram
(suku Madura) yang memberontak terhadap Raja Mataram. Dengan pertolongan
orang-orang Makasar Trunojoyo berhasil menguasai Madura dan Surabaya. Setelah
penguasaannya, Surabaya dikenal sebagai pelabuhan transit dan tempat
penyimpanan barang dan sumber bumi dari daerah subur, yaitu delta Brantas.
Pada tahun 1677 Benteng Trunojoyo dapat dikuasai Kompeni
atas pimpinan Cornelis Speelman. Namun di tahun 1706, Surabaya kembali menjadi
ajang pertempuran antara Kompeni dibawah pimpinan Govert Knol dan pasukan
Untung Surapati. Yang diakhiri dengan penandatanganan surat persetujuan antara
Paku Buwono II dari kerajaan Mataram dan Gubernur Jenderal Van Imhoff, yang
isinya menyatakan bahwa menyerahkan haknya atas pantai utara Pulau Jawa dan
Madura (termasuk diantaranya Surabaya) kepada pihak VOC yang telah memberikan
bantuan hingga ia berhasil menguasai di
kerajaan Mataram.
Tahun 1808-1811 Surabaya di bawah pemerintahan l Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels Surabaya dibangun menjadi kota dagang sekaligus
kota benteng layaknya “eropa” kecil
Tahun 1811-1816 Surabaya berada dibawah kekuasaan Inggris
yang dijabat oleh Raffles. Setelah itu
Surabaya kembali dikuasai Belanda. Tahun 1830-1850, berbentuk sebagai kota
benteng ditandai dengan benteng Prins
Hendrik yang dibangun di muara Kalimas. Pada tahun 1870, Surabaya menjadi kota
modern yang wilayahnya semakin berkembang ke selatan.
Periode 1900
Dimulai di tahun 1906, tepatnya tanggal 1 April, Surabaya
ditetapkan sebagai kotamadya (gemeente) berdasarkan peraturan 1 Maret 1906.
Sejak saat itu semua pemerintahan dijalankan oleh Dewan Kota (Gemeente Raad),
dibawah pimpinan Asisten Residen AR. Lutter yang merangkap sebagai walikota
sementara.
Periode Kemerdekaan
Periode kemerdekaan dimulai dari 1942 sampai tahun 1945 yang saat itu kota
Surabaya ada dibawah penguasaan Jepang, dan selama 3 tahun tersebut, keadaan
kota tampak tidak mengalami perkembangan
sedikitpun, masih sama seperti sebelumnya.
Di tahun 1945 itulah, semangat arek-arek Surabaya untuk melawan penjajah
mulai berkobar, hingga terjadi perang besar di Surabaya. Namun tak lama
berselang, Belanda menyebarkan pamflet pengumuman bahwa Sekutu/Belanda akan
mendarat di Surabaya melalui udara, dan
orang- orang Belanda yang ada di Surabaya mengibarkan bendera Belanda di Orange Hotel pada tanggal 19
September 1945, hingga memicu kemarahan arek-arek Surabaya dan melakukan
tindakan perobekan Merah putih biru
menjadi Merah Putih. Dalam insiden itu, Mr. Ploegman tewas.
Setelah rentetan peristiwa yang terjadi dari masa ke masa
di Surabaya itu, Surabaya kini berkembang menjadi kota metropolitan yang
modern, namun tidak meninggalkan tradisinya. Dan tanggal 31 Mei ditetapkan
menjadi Hari Jadi Kota Surabaya, sampai saat ini.






0 komentar:
Posting Komentar