Analisis
Makro Ekonomi
Bicara mengenai
investasikan keuangan sebenarnya tidak bisa terlepas dari membicarakan ekonomi
makro. Sebab musuh utama investasi keuangan adalah ekonomi makro. Bagaimana
nalarnya? Jawablah pertanyaan berikut: Jika suku bunga bank—katakanlah
tabungan—sangat tinggi, misalnya mencapai 30% (atau 75% seperti ketika terjadi
krismon), apakah Anda
bersedia membeli saham atau obligasi? Untuk menjawab
pertanyaan ini tidak perlu sekolah sampai perguruan tinggi. Lulusan SMP pun
pasti akan menjawab tidak bersedia. Mengapa? Lho, kalau di bank uang kita bisa
memberikan penghasilan dengan jumlah yang pasti, dan tanpa harus menanggung
risiko—misalnya dijamin oleh pemerintah—mengapa harus begitu tolol
mempertaruhkan uang kita dengan berinvestasi membeli saham atau obligasi yang
peng-hasilannya tidak pasti? Sebaliknya, jika suku bunga bank begitu rendahnya,
apakah Anda masih bersedia menabung?
Bagi Anda
yang memang mengutamakan keamanan, barangkali akan tetap bersedia. Tapi dengan
konsekuensi kehilangan kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.
Jelaslah,
pertimbangan pertama dalam melakukan investasi adalah tinggi rendahnya suku
bunga bank. Persoalannya, bagaimana memperkirakan suku bunga tersebut? Tinggi
rendahnya suku bunga bank ditentukan oleh tingkat inflasi. Jika inflasi tinggi
maka suku bunga bank akan tinggi, sebaliknya jika inflasi rendah suku bunga
bank juga akan rendah.
Bagaimana ini
bisa terjadi? Jika tingkat inflasi naik dari 8% menjadi 10%, maka suku bunga
bank harus dinaikkan juga. Sebab, ketika inflasi masih 8%, bank memberi suku
bunga tabungan atau deposito 9%. Mengapa harus 9%? Ini untuk mempertahankan
agar masyarakat masih bersedia menyimpan uangnya di bank. Selanjutnya, setelah
inflasi naik menjadi 10%, maka suku bunga bank menjadi berada di bawah angka inflasi.
Ini akan menyebabkan penabung menarik uangnya dari bank. Untuk mencegahnya,
bank harus menaikkan suku bunganya, misalnya menjadi 11%. Masalahnya, bagaimana
mengetahui tinggi rendahnya inflasi ini? Inilah yang dimaksud analisis ekonomi
makro dalam investasi keuangan.
Secara
lengkap yang dinamakan analisis ekonomi makro ini tidak hanya menghitung dan
meramalkan tingkat inflasi, melainkan seluruh indikator ekonomi makro yang
terdiri:
1.
Pertumbuhan ekonomi (untuk Indonesia diukur dengan pertumbuhan PDB/Produk
Domestik Bruto),
2.
Perkembangan moneter. Yang utama biasanya dihitung dengan penawaran uang
beredar dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
3.
Perkembangan neraca pembayaran luar negeri,
4.
Perkembangan tingkat pengangguran, dan
5. Perkembangan
inflasi.
0 komentar:
Posting Komentar