Wanita,
Hipertensi, dan Penyakit Jantung
Dahulu,
dokter menganggap penyakit jantung hanya akan dialami oleh kaum pria. Kaum
wanita dengan gejala serupa akan didiagnosis dengan penyakit lain selain
penyakit jantung yang, faktanya, membunuh mereka. Selama beberapa dekade, dana
penelitian di bidang penyakit kardiovaskular terfokus pada riset yang
melibatkan hanya kaum pria. Kaum wanita diabaikan. Paling-paling, dalam sebuah
publikasi jurnal dikatakan bahwa penemuan-penemuan mereka mungkin juga berlaku
untuk kaum wanita. Kini, bisa dikatakan bahwa semua itu tidak selalu benar.
Faktanya,
penyakit kardiovaskular adalah pembunuh nomor satu pada pria dan wanita, dan
juga merupakan penyebab kematian utama. Meskipun kaum wanita telah dibekali
pengetahuan yang cukup, mereka masih jauh lebih takut terhadap kanker payudara
dan kanker ovarium ketimbang penyakit jantung. Satu dari delapan wanita akan
meninggal karena kanker payudara; satu dari dua wanita akan ditaklukkan oleh
penyakit jantung, meninggal karena serangan jantung atau stroke.
Gejala
serangan jantung atau angina pada wanita bukanlah nyeri dada ,.ang tak
tertahankan, atau nyeri yang menjalar dari bahu hingga lengan kiri, atau
gangguan pencernaan, atau kekakuan pada rahang, seperti yang dialami pria.
Gejala yang dialami wanita lebih cenderung pada keletihan terusmenerus dan
tidak jelas penyebabnya, lesu, dan gangguan emosional. Selama ini, dokter
menganggap gejala-gejala semacam itu sebagai keluhan remeh kaum wanita dan
hanya memberikan obat penenang dan obat tidur.
Sifat dasar
wanita yang selalu mengedepankan kepentingan orang lain, keluarga, dan teman
mereka di atas kepentingannya sendiri menghalangi mereka mendapatkan perawatan
medic pada saat muncul gejala awal penyakit kardiovaskular. Ketika seorang
wanita mengalami gejala tersebut, dokter masih sering melakukan kesalahan
diagnosis atau bahkan mengabaikannya. Angka morbiditas dan kematian akibat
serangan jantung, stroke, angioplasty, dan operasi bypass pada wanita lebih
tinggi daripada pria. Penyebabnya, perkembangan penyakit pada wanita lebih
cepat daripada pria. Bagi wanita kulit berwarna, angka statistiknya bahkan
lebih buruk lagi.
Hipertensi
membuat kaum wanita harus membayar lebih mahal daripada pria. Risiko kambuhnya
serangan jantung, stroke, dan kejadian kardiovaskular lain pada wanita
meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan darah. Dalam sebuah kajian
prospektif terhadap lebih dari lima ribu profesional kesehatan wanita dengan
rata-rata usia enam puluh dua tahun, terbu
bahwa setiap
peningkatan 10 poin tekanan darah sistolik pada wanita penderita penyakit
jantung akan meningkatkan risiko sebesar 9%. Tekanan darah tinggi membuat
jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh; hal ini, pada
gilirannya, menyebabkan jantung membesar dan kehilangan efisiensinya seiring
waktu.
Penelitian
sebelumnya, yang dilakukan di Brigham and Women’s Hospital di Boston oleh
National Institute of Health, mengungkap bahwa risiko mulai meningkat ketika
tekanan sistolik mencapai angka 130. Pada wanita dengan rentang tekanan
sistolik 130-139, risiko mereka 2 8 % lebih tinggi daripada wanita dengan
tekanan sistolik 120-129. lni merupakan contoh lain dari pentingnya menaruh
perhatian dan mengatasi kondisi yang disebut “prehipertensi”. Perubahan gaya
hidup, terutama jika diimbangi dengan asupan suplemen, secara efektif
mengurangi prehipertensi tanpa bantuan obat-obatan, balk pada pria maupun
wanita.
Manfaat dari
salah satu perubahan gaya hidup, yaitu meningkatkan aktivitas fisik, pernah
dibahas dalam pertemuan American College of Cardiology pada 2004. Pada wanita,
kebugaran merupakan faktor paling penting dalam menilai tingkat risiko kematian
akibat serangan jantung. Setiap peningkatan dalam kebugaran, yang diukur dengan
menggunakan treadmill, akan menurunkan 9 % risiko kematian akibat semua
penyakit dan 13 % risiko kematian akibat serangan jantung.
Berikut ini
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh wanita jika bermasalah dengan tekanan
darah dan berusaha mencegah atau mengatasi hipertensi:
Apakah Anda
tengah menggunakan pil kontrasepsi? Para peneliti menyimpulkan bahwa
kontrasepsi oral atau beberapa wanita, terutama jika mereka gemuk. Dan jangan
mengabaikan peningkatan tekanan darah selama kehamilan, riwayat hipertensi
dalam keluarga, atau disfungsi ginjal. Pil kontrasepsi dan kebiasaan merokok
merupakan kombinasi yang berbahaya. Jika Anda bermaksud menggunakan pil,
mintalah dokter untuk mengukur tekanan darah Anda dan ungkapkanlah
kondisi-kondisi lain yang berhubungan. Jika Anda telah mengonsumsi pil, lakukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur, baik dengan alat ukur digital maupun
manual.
Hipertensi
mungkin berkembang dengan cepat pada trimester ketiga kehamilan. Jika tidak
ditangani, hal ini bisa membahayakan baik ibu maupun bayinya. Hipertensi
gestasional—hipertensi pada masa kehamilan—biasanya akan sembuh setelah
melahirkan, tetapi tidak selalu demikian. Dan apabila tekanan darah Anda tinggi
sebelum masa kehamilan, lakukanlah pemantauan secara teratur.
Faktanya,
wanita cenderung mengalami kegemukan saat mereka menua dan sangat mungkin
berkembang menjadi obesitas. Kegemukan dan obesitas berpotensi meningkatkan
risiko tekanan darah tinggi dan hipertensi.
Tekanan
darah cenderung meningkat pada usia lanjut, tetapi risiko ber-kembangnya
hipertensi meningkat setelah menopause. Entah benar atau tidak bahwa seorang
wanita suatu saat akan menjadi seperti ibu mereka, terutama jika sang ibu
menderita tekanan darah tinggi, yang jelas kecenderungan Anda mengalami
penyakit tersebut meningkat dengan bertambahnya usia. Fakta ini berlaku juga
untuk diabetes. Jika Anda memiliki kedua penyakit tersebut dalam riwayat
keluarga. lebih baik sedia payung sebelum hujan.
Sumber
Artikel Kedokteran
Terapi
Hipertensi Oleh Robert E. Kowalski
0 komentar:
Posting Komentar