Konservasi
ex situ
Konservasi
ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar
distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses
melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat
yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah
perlindungan manusia.
Kebun botani
(raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium merupakan metode konservasi ex
situ konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari
spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini
memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies
langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan
spesies.
Penyimpanan
benih, metode konservasi ex situ yang lain, merupakan penyimpanan benih pada
lingkungan yang terkendali. Dengan pengendalian temperatur dan kondisi
kelembaban, benih beberapa spesies yang disimpan akan tetap viabel (mampu
hidup) untuk beberapa dekade. Teknik ini merupakan konservasi yang utama pada
tanaman pertanian dan mulai dipergunakan untuk spesies pohon hutan.
Bentuk yang
paling umum untuk konservasi ex situ untuk pohon adalah tegakan hidup. Tegakan
seperti ini sering kali bermula dari koleksi sumber benih dan dipelihara untuk
pengamatan. Ukuran tegakan mungkin berkisar dari spesimen dalam kebun botani
(raya) dan arboretum, sampai dengan beberapa pohon ornamental pada plot-plot
kecil, atau plot-plot yang lebih besar untuk pohon.
Ada beberapa
kelemahan konservasi ex situ.
Konservasi
ex situ ini sesungguhnya sangat bermanfaat untuk melindungi biodiversitas,
tetapi jauh dari cukup untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan. Metode ini
dipengunakan sebagai cara terakhir atau sebab suplemen terhadap konservasi ini
situ karena tidak dapat menciptakan kembali habitat secara keseluruhan: seluruh
varisi genetik dari suatu spesies, pasangan simbiotiknya, atau
elemen-elemennya, yang dalam jangka panjang, mungkin membantu suatu spesies
beradaptasi pada lingkungan yang berubah. Sebalinya, konservasi ex situ
menghilangkan spesies dari konteks ekologi alaminya, melindunginya di bawah
kondisi semi-terisolasi di mana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan
sementara atau dirubah dengan mengintroduksi spesimen pada habitat yang tidak
alami. Dalam hal metode penyimpanan kriogenik, proses-proses adaptasi spesimen
yang dipreservasi membeku keseluruhannya. Kelemahannya adalah bila spesimen ini
dilepaskan ke alam, spesies mungkin kekurangan adaptasi genetik dan mutasi yang
akan memungkinkannya untuk bertahan dalam habitat alami yang selalu berubah.
Di samping
itu, teknik-teknik konservasi ex situ seringkali mahal, dengan penyimpanan
kriogenik yang secara ekonomis tidak layak pada kebanyakan spesies. Bank benih
tidak efektif untuk tumbuhan tertentu yang memiliki benih rekalsitran yang
tidak tetap viabel dalam jangkan lama. Hama dan penyakit tertentu di mana
spesies yang dikonservasi tidak memiliki daya tahan terhadapnya mungkin juga
dapat merusakannya pada pertanaman ex situ dan hewan hidup dalam penangkaran ex
situ. Faktor-faktor ini dikombinasikan dengan lingkingan yang spesifik yang
diperlukan oleh banyak spesies, beberapa di antaranya tidak mungkin diciptakan
kembali, membuat konservasi ex situ tidak mungkin dilakukan untuk banyak flora
dan fauna langka di dunia.
Tetapi, bila
suatu spesies benar-benar akan punah, konservasi ex situ menjadi satu-satunya
pilihan yang tersisa. Lebih baik mepreservasi suatu spesies daripada membiarkan
punah seluruhnya.
0 komentar:
Posting Komentar