Kanker
merupakan satu masalah dunia pada dekade terakhir. Pertambahan
penduduk,bertambahnya pasangan yang sering melahirkan dan jumlah lanjut usia
akan semakin meningkatkan resiko penyakit kanker,kemudian meningkatnya pemakaian
obat
baru,bahan makanan,kosmetika,gaya hidup serta kebiasaan merokok yang buruk juga akan mencetuskan terjadinya kanker (Fajarwati,2007). Selain itu,kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia.
Di negara-negara barat,kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit penyakit kardiovaskular (Ama dalam Admin,2007). Diperkirakan,kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang.
Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Admin,2007). Sementara itu,di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya.
baru,bahan makanan,kosmetika,gaya hidup serta kebiasaan merokok yang buruk juga akan mencetuskan terjadinya kanker (Fajarwati,2007). Selain itu,kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia.
Di negara-negara barat,kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit penyakit kardiovaskular (Ama dalam Admin,2007). Diperkirakan,kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang.
Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Admin,2007). Sementara itu,di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya.
Kanker
payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang
berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Organization (WHO)
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode
nomor 17 (Admin,2007). Kanker payudara adalah jenis penyakit yang amat mengerikan.
Cara,sikap ataupun reaksi orang dalam menghadapi kanker payudara yang ada pada dirinya berbeda satu sama lain dan individual sifatnya. Hal tersebut tergantung dari seberapa jauh kemampuan si penderita dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam hidupnya (Hawari,2004). Hawari (2004) selanjutnya menambahkan bahwa penyesuaian diri juga tergantung dari pada usia,kematangan emosional,pola perilaku,reaksi emosi dalam menghadapi stres,hubungan kekeluargaan,keadaan sosial,ekonomi,dan pendidikan. Pada wanita dewasa yang menderita kanker payudara mereka lebih mudah beradaptasi terhadap penyakit yang dideritanya karena keadaan emosianal mereka lebih stabil,sebaliknya pada remaja mereka lebih sulit dalam beradaptasi terhadap penyakit yang dideritanya karena keadaan emosianal mereka yang masih labil. Selain itu,kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti oleh semua wanita terutama remaja perempuan,karena dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya. Jenis kanker ini juga menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi individu penderitanya karena adanya resiko dilakukan operasi pengangkatan payudara bagi si penderita. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Spinetta (dalam Sarafino,1998) bahwa kehilangan salah satu anggota badan tubuh karena proses penyembuhan kanker merupakan pengalaman yang traumatik dan memalukan bagi sebagian besar anak dan remaja. Sebagian dari mereka memilih untuk tidak melakukan perawatan daripada menerima salah satu anggota tubuhnya diambil seperti dalam perawatan kanker payudara,karena bagi wanita payudara berfungsi sebagai simbol kewanitaan,keindahan dan merupakan organ seksual sekunder (Gates,dalam Admin,2005).
Cara,sikap ataupun reaksi orang dalam menghadapi kanker payudara yang ada pada dirinya berbeda satu sama lain dan individual sifatnya. Hal tersebut tergantung dari seberapa jauh kemampuan si penderita dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam hidupnya (Hawari,2004). Hawari (2004) selanjutnya menambahkan bahwa penyesuaian diri juga tergantung dari pada usia,kematangan emosional,pola perilaku,reaksi emosi dalam menghadapi stres,hubungan kekeluargaan,keadaan sosial,ekonomi,dan pendidikan. Pada wanita dewasa yang menderita kanker payudara mereka lebih mudah beradaptasi terhadap penyakit yang dideritanya karena keadaan emosianal mereka lebih stabil,sebaliknya pada remaja mereka lebih sulit dalam beradaptasi terhadap penyakit yang dideritanya karena keadaan emosianal mereka yang masih labil. Selain itu,kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti oleh semua wanita terutama remaja perempuan,karena dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya. Jenis kanker ini juga menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi individu penderitanya karena adanya resiko dilakukan operasi pengangkatan payudara bagi si penderita. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Spinetta (dalam Sarafino,1998) bahwa kehilangan salah satu anggota badan tubuh karena proses penyembuhan kanker merupakan pengalaman yang traumatik dan memalukan bagi sebagian besar anak dan remaja. Sebagian dari mereka memilih untuk tidak melakukan perawatan daripada menerima salah satu anggota tubuhnya diambil seperti dalam perawatan kanker payudara,karena bagi wanita payudara berfungsi sebagai simbol kewanitaan,keindahan dan merupakan organ seksual sekunder (Gates,dalam Admin,2005).
Penderita
kanker payudara akan merasa shock ketika diberitahu vonis tersebut oleh
dokter,karena menurut mereka penyakit tersebut akan menghancurkan masa
depannya. Mereka kemudian mengurung diri dan menghukum diri sendiri. Bagi
mereka dunia telah berakhir ketika vonis tersebut datang. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Hawari (2004) bahwa reaksi emosi yang ditunjukkan
oleh individu penyandang kanker payudara dibagi dalam 3 tahapan,yaitu :
(1) individu akan merasa shock mental manakala diberitahu mengenai penyakitnya,
(2) individu diliputi rasa takut (fear) dan depresi (murung),tahap ini biasanya cepat berlalu,
(3) individu menunjukkan reaksi emosional penolakan (denial) dan tidak yakin bahwa dirinya mengidap kanker payudara. Pada tahap ini penderita akan panik sehingga melakukan tindakan yang sia-sia.
Oleh karena itu,mereka tidak berani melakukan pengobatan karena takut akan terjadi perubahan terhadap bentuk tubuhnya. Perubahan tersebut seperti badan menjadi kurus,takut payudaranya diangkat karena bagi wanita payudara tersebut merupakan kebanggaannya. Mereka bangga jika memiliki payudara yang indah tapi sebaliknya mereka akan merasa shock ketika mengetahui bahwa harapan untuk memiliki payudara tersebut tidak mungkin terlaksana karena adanya kanker pada payudaranya. Menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis (Keliat,1999). Bagi wanita penyakit ini sering menjadi penyebab hilangnya rasa percaya diri,karena bila kanker payudara yang dideritanya telah mencapai stadium lanjut maka ia harus merelakan salah satu payudaranya untuk diangkat,bahkan mungkin kedua–duanya (Utami dan Hasanat,dalam Segran,2000). Keadaan semacam ini menurut Gates (dalam Admin,2005) dapat menimbulkan masalah psikologis seperti rendah diri,merasa tidak lengkap sebagai wanita,dan pandangan–pandangan negatif lain tentang dirinya yang berdampak pada hubungan sosial dengan orang lain. Selanjutnya keadaan tersebut juga akan menimbulkan banyak permasalahan terutama yang berhubungan dengan tingkah laku dan emosi serta keuangan keluarga. Permasalahan tersebut menyebabkan individu mengalami kondisi yang tertekan yang berasal dari dalam diri individu penyandang kanker payudara sendiri sehingga akan menimbulkan cara atau usaha untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa dirinya. Usaha-usaha tersebut disebut dengan perilaku koping. Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan (Solomon,dkk,1998). Koping merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan,mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Hapsari,dkk,2002).
(1) individu akan merasa shock mental manakala diberitahu mengenai penyakitnya,
(2) individu diliputi rasa takut (fear) dan depresi (murung),tahap ini biasanya cepat berlalu,
(3) individu menunjukkan reaksi emosional penolakan (denial) dan tidak yakin bahwa dirinya mengidap kanker payudara. Pada tahap ini penderita akan panik sehingga melakukan tindakan yang sia-sia.
Oleh karena itu,mereka tidak berani melakukan pengobatan karena takut akan terjadi perubahan terhadap bentuk tubuhnya. Perubahan tersebut seperti badan menjadi kurus,takut payudaranya diangkat karena bagi wanita payudara tersebut merupakan kebanggaannya. Mereka bangga jika memiliki payudara yang indah tapi sebaliknya mereka akan merasa shock ketika mengetahui bahwa harapan untuk memiliki payudara tersebut tidak mungkin terlaksana karena adanya kanker pada payudaranya. Menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis (Keliat,1999). Bagi wanita penyakit ini sering menjadi penyebab hilangnya rasa percaya diri,karena bila kanker payudara yang dideritanya telah mencapai stadium lanjut maka ia harus merelakan salah satu payudaranya untuk diangkat,bahkan mungkin kedua–duanya (Utami dan Hasanat,dalam Segran,2000). Keadaan semacam ini menurut Gates (dalam Admin,2005) dapat menimbulkan masalah psikologis seperti rendah diri,merasa tidak lengkap sebagai wanita,dan pandangan–pandangan negatif lain tentang dirinya yang berdampak pada hubungan sosial dengan orang lain. Selanjutnya keadaan tersebut juga akan menimbulkan banyak permasalahan terutama yang berhubungan dengan tingkah laku dan emosi serta keuangan keluarga. Permasalahan tersebut menyebabkan individu mengalami kondisi yang tertekan yang berasal dari dalam diri individu penyandang kanker payudara sendiri sehingga akan menimbulkan cara atau usaha untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa dirinya. Usaha-usaha tersebut disebut dengan perilaku koping. Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan (Solomon,dkk,1998). Koping merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan,mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Hapsari,dkk,2002).
Perilaku
koping merupakan terjemahan dari coping behavior yang dapat diartikan sebagai
suatu tingkah laku menghadapi masalah,tekanan atau tantangan. Perilaku koping
berkaitan dengan bentuk-bentuk usaha yang dilakukan individu untuk melindungi
diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh problematika. Dewasa
ini proses koping terhadap suatu permasalahan yang dihadapi individu menjadi
pedoman untuk menghadapi reaksi stres. Koping terhadap stress pada dewasa lebih
mendapat perhatian dibandingkan pada masa anak-anak atau remaja,hal ini
disebabkan karena tidak adanya model perkembangan tentang koping semasa anak-anak
dan remaja (Smet,1994). Umumnya koping terjadi secara otomatis begitu individu
merasakan adanya situasi yang menekan atau mengancam,maka individu dituntut
untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan
melalui evaluasi untuk seterusnya memutuskan perilaku koping apa yang
seharusnya ditampilkan. Perilaku koping yang dilakukan sangat bervariasi antara
individu satu dengan individu lainnya. Individu akan memberikan penilaian yang
berbeda terhadap situasi atau permasalahan tertentu. Individu akan memberikan
penilaian positif atau negatif pada kondisi dan situasi yang sama. Perbedaan
dalam penilaian selanjutnya akan mempengaruhi perbedaan dalam menilai strategi
menghadapi masalah yang akan digunakan. Untuk mengurangi stressor,individu akan
mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru. Individu
akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin dapat mengubah
situasi (Smet,1994). Berdasarkan uraian diatas,maka penulis ingin mengajukan
permasalahan yaitu : ]
(1) bentuk koping seperti apa yang digunakan oleh penyandang kanker payudara,
(2) bagaimana proses koping penyandang kanker payudara,dan
(3) faktorfaktor apa yang mempengaruhi penyandang kanker payudara memilih koping tersebut untuk menyelesaikan tekanan yang dihadapinya. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERILAKU KOPING PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA”.
(1) bentuk koping seperti apa yang digunakan oleh penyandang kanker payudara,
(2) bagaimana proses koping penyandang kanker payudara,dan
(3) faktorfaktor apa yang mempengaruhi penyandang kanker payudara memilih koping tersebut untuk menyelesaikan tekanan yang dihadapinya. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERILAKU KOPING PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA”.
B. Tujuan
Penelitian
Tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui bentuk koping yang digunakan oleh individu yang memiliki kanker
payudara.
2. Untuk
mengetahui bagaimana proses koping penyandang kanker payudara.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyandang kanker payudara
memilih koping tersebut dalam menyelesaikan tekanan yang dihadapinya.
memilih koping tersebut dalam menyelesaikan tekanan yang dihadapinya.
C. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara
teoritis,penelitian ini diharapkan dapat menjadi tinjauan psikologis bagi
individu yang memiliki kanker payudara.
2. Secara
praktis
a. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada subjek penelitian
serta individu lain yang memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan subjek
penelitian mengenai pentingnya melakukan koping yang tepat dalam menyelesaikan
masalah atau tekanan yang dihadapinya,sehingga diharapkan individu mampu
menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dan dapat memaknai kejadian
tersebut sebagai sarana penemuan bentuk koping yang tepat bagi dirinya.
b. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keluarga subjek agar
dapat membantu anggota keluarganya menyelesaikan masalah-masalah atau
tekanan-tekanan dalam menjalani hidup dengan kanker payudara.
c. Yayasan
yang berkecimpung dalam dunia kanker,terutama kanker payudara untuk dapat
memberikan motivasi bagi penderita kanker payudara berupa pemahaman-pemahaman
mengenai kanker payudara sehingga dapat mempercepat kesembuhannya.






0 komentar:
Posting Komentar