FIKIRAN DAN
SAMADI
Oleh Kahlil
Gibran
Hidup
menjemput dan melantunkan kita dari satu tempat ke tempat yang lain; Nasib
memindahkan kita dari satu tahap ke tahap yang lain. Dan kita yang diburu oleh
keduanya, hanya mendengar suara yang mengerikan, dan hanya melihat susuk yang
menghalangi dan merintangi jalan kita.
Keindahan
menghadirkan dirinya dengan duduk di atas singgahsana keagungan; tapi kami
mendekatinya atas dorongan Nafsu ; merenggut mahkota kesuciannya, dan mengotori
busananya dengan tindak laku durhaka.
Cinta lalu
di depan kita, berjubahkan kelembutan ; tapi kita lari ketakutan, atau
bersembunyi dalam kegelapan, atau ada pula yang malahan mengikutinya, untuk
berbuat kejahatan atas namanya.
Meskipun
orang yang paling bijaksana terbongkok kerana memikul beban Cinta, tapi
sebenarnya beban itu seiringan bayu pawana Lebanon yang berpuput riang.
Kebebasan
mengundang kita pada mejanya agar kita menikmati makanan lazat dan anggurnya ;
tapi bila kita telah duduk menghadapinya, kita pun makan dengan lahap dan
rakus.
Tangan Alam
menyambut hangat kedatangan kita, dan menawarkan pula agar kita menikmati
keindahannya ; tapi kita takut akan keheningannya, lalu bergegas lari ke kota
yang ramai, berhimpit-himpitan seperti kawanan kambing yang lari ketakutan dari
serigala garang.
Kebenaran
memanggil-manggil kita di antara tawa anak-anak atau ciuman kekasih, tapi kita
menutup pintu keramahan baginya, dan menghadapinya bagaikan musuh.
Hati manusia
menyeru pertolongan ; jiwa manusia memohon pembebasan ; tapi kita tidak
mendengar teriak mereka, kerana kita tidak membuka telinga dan berniat
memahaminya. Namun orang yang mendengar dan memahaminya kita sebut gila lalu
kita tinggalkan.
Malampun
berlalu, hidup kita lelah dan kurang waspada, sedang hari pun memberi salam dan
merangkul kita. Tapi di siang dan malam hari, kita sentiasa ketakutan.
Kita amat
terikat pada bumi, sedangkan gerbang Tuhan terbuka lebar. Kita memijak-mijak
roti Kehidupan, sedangkan kelaparan memamah hati kita. Sungguh betapa budiman
Sang Hidup terhadap Manusia, namun betapa jauh Manusia meninggalkan Sang Hidup.






0 komentar:
Posting Komentar