Enzim glutation peroksidase
Enzim glutation peroksidase berperan penting dalam
melindungi sel, melalui reaksi seperti di atas maupun melalui peroksida organik
yang terbentuk dalam oksidasi kolesterol dan asam lemak. Aktivitas enzim
glutation peroksidase mampu mereduksi 70% peroksida organik dan lebih dari 90%
H2O2. Enzim glutation peroksidase yang ditemukan dalam sitoplasma tersebut
merupakan tetramer, dan mengandung selenosistein pada sisi aktifnya. Enzim ini
bersifat nukleofilik, yang sangat mudah terionisasi dan mengakibatkan
terlepasnya proton.
Aktivitas enzim glutation peroksidase juga ditemukan
dalam mitokondria, plasma, dan saluran pencernaan. Dalam sitoplasma, enzim
glutation peroksidase bekerja pada membran fosfolipid yang teroksidasi sehingga
dikenal juga sebagai hydroperoxide glutathione peroxidase. Enzim glutation
peroksidase juga dapat langsung mereduksi hidroperoksida kolesterol, ester
kolesterol, lipoprotein, dan fosfolipid yang teroksidasi dalam membran sel.
Aktivitas enzim tersebut dapat juga diinduksi oleh keadaan hiperoksia (Asikin,
2001).
Enzim glutation peroksidase bersama glutation reduktase
(suatu flavoprotein) dan NADPH (yang diperoleh dari aktivitas glukosa-6 fosfat
dehidrogenase pada HMP-shunt) merupakan bagian dari siklus redoks glutation
yang berperan untuk mempertahankan kadar glutation. Kelainan pada siklus
tersebut bermanifestasi pada penyakit anemia hemolitik.
Pada penderita nekrosis hati dan penyakit degeneratif,
aktivitas glutation peroksidase rendah karena terjadi defisiensi selenium.
Sementara pada penderita alergi, aktivitas glutation peroksidase sel darah
merah meningkat 2 kali dibandingkan dengan kontrol, yaitu 16 U/g Hb. Aktivitas
enzim ini juga dapat diinduksi oleh antioksidan sekunder isoflavon. Berikut
laporan dari beberapa peneliti tentang potensi antioksidan isoflavon yang
berasal dari tanaman terhadap aktivitas glutation peroksidase.
Rohrdanz, et al. (2002) melaporkan bahwa aktivitas
glutation peroksidase meningkat ketika sel hepatoma H4IIE dipapar dengan 300 mmol/l
daidzein, demikian juga aktivitas katalasenya. Suplementasi isoflavon dengan
kadar genistein tinggi, yaitu sebanyak 598 mg/kg pakan tikus selama 4 minggu
pada tikus yang dilatih berlari ternyata meningkatkan aktivitas glutation
peroksidase dari 0,403 mmol/det/mg menjadi 0,412 mmol/det/mg protein RBC tikus
(Chen, et al., 2002). Isoflavon kedelai merupakan senyawa flavonoid. Potensinya
sebagai antioksidan diduga serupa dengan antioksidan quersetin, yaitu sebagai
scavenger radikal bebas (Kameoka, et al., 1999).
Aktivitas glutation peroksidase plasma juga meningkat
path 4 wanita dan 1 laki-laki yang mengonsumsi jus buah apel dan kismis yang
mengandung quersetin selama 1 minggu (Young, et al., 1999). Quersetin adalah
suatu senyawa flavonoid dalam sayuran atau buah-buahan yang memiliki potensi
antioksidan. Potensi tersebut ditunjukkan oleh posisi gugus hidroksil yang
dapat langsung menangkap radikal bebas. Flavonoid melindungi sel dari serangan
senyawa oksigen reaktif seperti oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil,
radikal hidroksil, dam peroksinitrit.
Glutation peroksidase intraseluler berpotensi mengubah,
molekul hidrogen peroksida dengan cara mengoksidasi glutation bentuk tereduksi
(GSH) menjadi bentuk teroksidasi (GSSG). Glutation bentuk tereduksi mencegah
lipid membran dan unsurunsur sel lainnya dari kerusakan oksidasi, dengan cara
merusak molekul hidrogen peroksida dan lipid hidroperoksida. Delmas Beauvieaux,
et al. (1996) melaporkan bahwa enzim glutation peroksidase mendekomposisikan
H2O2 lebih kuat dibandingkan dengan enzim katalase. Agar enzim bisa bekerja,
selalu diperlukan adanya substrat, misalnya glutation, yang merupakan substrat
enzim glutation peroksidase.
Pustaka
Antioksidan Alami Dan Radikal Oleh Dr. Hery Winarsi, M.S.
0 komentar:
Posting Komentar