Biri Biri Pioner Sepakbola Afrika di Liga Spanyol
Namanya mungkin tidak dikenal oleh penggemar sepakbola
pada umumnya. Bahkan, julukannya bisa membuat orang tersenyum simpul: Biri
Biri. Namun, Alhaji Momodo Nije, demikian nama asli pemain ini, adalah pionir
para pesepakbola Afrika untuk merumput di Liga Spanyol.
Lahir pada 30 Maret 1948 di Banjul, Gambia, Biri Biri
mungkin tidak akan menyangka namanya akan menjadi salah satu legenda sepakbola
Afrika. Mulanya, ia hanya bermain untuk Agustians FC, klub lokal Gambia selama
lima tahun sejak 1965 hingga 1970.
Kesempatan emas bagi Biri Biri datang pada tahun 1970.
Ketika itu, pemandu bakat Derby County, klub Liga Inggris tertarik pada
kemampuan pemain yang kala itu berusia 22 tahun. Maka, dibawalah Alhaji Momodo
Nije ke Eropa; sebuah kesempatan yang mungkin tak pernah terlintas dalam mimpi
terbaiknya sekalipun.
Sayang, kehadiran pertama Biri Biri di Eropa menjadi
petaka. Ia gagal beradaptasi dengan budaya Inggris; plus manajer Derby County
saat itu, Brian Clough, tidak cukup memberinya kesempatan. Alhasil, pada tahun
yang sama, Biri Biri kembali ke Gambia dengan status “pemain gagal”.
Dua tahun berlalu. Biri Biri memperkuat klub setempa
Wallidan Banjul. Di sini, Biri Biri yang bisa bermain di possi apa pun di lini
depan, akhirnya menetapkan diri sebagai sayap kanan.
Dua tahun tak melihat Eropa, kesempatan kedua hadir. Kali
ini, bukan klub dari Liga Inggris yang mengontaknya. Melainkan klub Denmark
yang namanya seperti plat mobil di Indonesia, B 1901 (klub ini sendiri sekarang
sudah lenyap dan berganti nama menjadi LFA). Dengan kehadirannya di liga yang
tak terlalu elite, Biri Biri memperoleh jatah bermain. Ia pun tercatat sebagai
pemain Afrika pertama yang bermain di Liga Denmark.
Cuma semusim Biri Biri bertahan di B 1901. Musim
1973/1974, ia pun berpindah haluan ke Liga Spanyol. Sevilla menjadi pilihan
utama sang pemain. Saat itu, Sevilla masih bernama Sevilla CF bukan Sevilla FC
seperti saat ini. Maklum, ketika itu Spanyol masih berada dalam kekuasaan rezim
Jenderal Franco yang menolak semua klub yang
memiliki embel-embel “FC”. Alasannya, penggunaan istilah FC dianggap
tidak patriotis.
Di Sevilla, karier Biri Biri pun menjulang. Berpredikat
sebagai pemain Afrika pertama yang berlaga untuk klub yang sekarang “tinggal”
di Ramon Sanchez-Pijzuan, Biri Biri mengeluarkan tuahnya.
Dalam 99 pertandingan liga, Biri Biri mampu mengoleksi 31
gol. Penampilannya, terutama dalam urusan dribble bola dan tembakan ke gawang,
membuat fans Sevilla jatuh hati. Biri Biri menjadi salah satu instrumen penting
ketika Sevilla lolos ke Primera Division musim 1975/1976. Karier Biri Biri di
klub Andalusia berakhir pada 1978. Namun, namanya terlanjur membekas di hati
para fans Sevilla.
Bertahun-tahun kemudian, ketika Biri Biri telah pensiun,
fans masih mengelu-elukan namanya. Bahkan, salah satu kelompok fans Sevilla,
menggunakan nama Biri Biri sebagai nama kelompok mereka, Biri Norte 1905.
Penampilan sempurna pemain Afrika yang asing di telinga
kita ini, semakin dibuktikan pada tahun 2000. Ketika itu, Biri Biri dinobatkan
sebagai pemain terbaik Gambia abad XX. Bahkan, rekan senegaranya, sempat
berkata, bisa jadi Biri Biri atau Alhaji Momodo Nije adalah pemain yang lebih
hebat daripada Diego Maradona.







0 komentar:
Posting Komentar